UMKM di Indonesia Melimpah tapi Lemah, Mendag: Kebanyakan Ingin Jadi Pegawai

Jika melihat dari angka rasio tersebut, memang 97 persen pengusaha UMKM dari 65 juta orang masih berjuang.

Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Jum'at, 23 Mei 2025 | 16:04 WIB
UMKM di Indonesia Melimpah tapi Lemah, Mendag: Kebanyakan Ingin Jadi Pegawai
Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso saat acara di Auditorium Fisipol UGM, Jumat (23/5/2025). [Hiskia/Suarajogja]

SuaraJogja.id - Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengungkap kenyataan pahit di balik angka fantastis jumlah pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia.

Dari total 65 juta UMKM yang ada sekarang, hanya sebagian kecil saja yang tergolong dalam kategori bagus.

Sementara sebagian besar tidak benar-benar sehat secara manajerial maupun visi bisnis.

"Rasio kewirausahaan kita masih kecil baru sekitar 3,3 persen. Dari jumlah UMKM yang hampir 65 juta itu, hanya 3,35 persen itu yang memang benar-benar UMKM bagus, gitu ya," kata Budi saat acara di Auditorium Fisipol UGM, Jumat (23/5/2025).

Baca Juga:BRI Fokus ke Segmen Mikro, Kredit Rp632 Triliun Jadi Bukti Nyata

Menurut Budi, ada beberapa faktor yang membuat prosentase UMKM bagus di Indonesia masih minim.

Salah satunya terkait bisnis yang dijalankan bukan datang dari dorongan jiwa untuk berwirausaha.

Namun UMKM itu dibentuk akibat kondisi yang mendesak atau terpaksa.

Hal tersebut membuat sebagian besar dikelola tanpa manajemen yang memadai.

"Kadang-kadang mau jadi UMKM ya karena di-PHK itu mau jadi UMKM tapi tidak banyak yang benar-benar orientasinya ingin menjadi enterpreneur," ucapnya.

Baca Juga:BRI Perkuat Sisi Pendanaan, Terapkan Strategi Risiko untuk Pertumbuhan Bisnis Berkelanjutan

"Kebanyakan ingin jadi pegawai," imbuhnya.

Jika tidak terpaksa karena kondisi PHK, kata Budi, masyarakat yang terjun untuk memulai usaha baru dilakukan ketika sudah pensiun dari pekerjaan sebelumnya.

Padahal, menurutnya menjadi pengusaha memang dibutuhkan keberanian terkhusus untuk menghadapi kegagalan.

"Pasti nunggu pensiun tuh. Nunggu pensiun baru. Karena apa? Karena takut. Takut gagal. Padahal memang syaratnya menjadi pengusaha besar itu harus gagal," tegasnya.

Disampaikan Budi, tidak ada pengusaha besar yang lahir secara instan. Justru kegagalan itu yang menjadi modal atau fondasi awal dari keberhasilan.

Semangat itu yang harus dimiliki oleh generasi muda sekarang. Sehingga berani mencoba untuk memulai berbisnis.

Jika tidak kondisi Indonesia akan makin tertinggal dalam hal rasio kewirausahaan dari negara-negara lain.

Saat ini saja, Indonesia telah tertinggal dengan sejumlah negara tetangga.

"Kita kalah dengan Malaysia yang itu sudah di atas 4 persen. Kemudian Thailand di atas 4 persen, Singapura sudah 8 persen lebih," ucapnya.

Padahal Indonesia menargetkan menjadi negara maju pada 2045. Namun rasio wirausaha yang ada saat ini masih jauh dari syarat minimal.

"Syarat negara maju itu 8 sampai 12 persen rasio kewirausahaannya. Teman-teman semua [generasi muda] lah yang bisa menyelesaikan masalah ini," ujarnya.

Jika melihat dari angka rasio tersebut, memang 97 persen pengusaha UMKM dari 65 juta orang masih berjuang. Bahkan ada yang hanya bertahan untuk tetap memutar roda ekonomi pribadinya.

Beberapa tantangan yang dialami pengusaha kecil ini memang cukup beragam. Namun dari beberapa sumber yang didapatkan beberapa hal di bawah ini menjadi faktornya.

1. Akses Permodalan Masih Terbatas

Banyak UMKM kesulitan mendapatkan pinjaman dari perbankan karena kurangnya agunan atau rekam jejak keuangan yang baik.

2. Minim Literasi Digital dan Manajemen

Banyak pelaku UMKM belum menguasai digital marketing, manajemen keuangan, dan strategi bisnis modern.

3. Ketergantungan pada Pasar Lokal

Produk UMKM umumnya hanya dijual di pasar lokal atau wilayah terbatas, belum mampu menembus pasar nasional bahkan internasional.

4. Persaingan Ketat dan Produk Tidak Terstandarisasi

Banyak produk UMKM belum memiliki standar kualitas yang konsisten dan sulit bersaing dengan produk pabrikan.

5. Kendala Regulasi dan Legalitas

Proses perizinan, sertifikasi (seperti halal, BPOM), dan perpajakan sering kali membingungkan dan menjadi beban administratif bagi pelaku UMKM.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak