SuaraJogja.id - Wajah-wajah ratusan anak terlihat sumringah di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial (kemensos) di Sonosewu, Senin (14/7/2025).
Di kawasan yang kini jadi Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 19, para lulusan SMP dari kabupaten/kota di DIY akhirnya bisa melanjutkan pendidikannya dalam program Program Sekolah Rakyat (SR) yang digulirkan Presiden Prabowo Subianto.
Bukan tanpa alasan, sekitar 200 anak bisa sekolah gratis setingkat SMA selama tiga tahun penuh.
Dengan harapan, mereka bisa memutus rantai kemiskinan orang tua yang selama ini jadi penghalang mereka untuk bisa mengeyam pendidikan.
Baca Juga:Sekolah Rakyat DIY di Tahun Ajaran Baru, 275 Siswa Diterima, Pemda Siapkan MOS Berkualitas
Sebut saja Fajar Sidik Saputra, lulusan dari SMPN 1 Kretek Bantul. Berangkat subuh bersama ayahnya, Fajar mengaku bahagia bisa sekolah gratis.
Meski harus berjauhan dari kedua orang tua karena harus tinggal di asrama selama tiga tahun, dia rela demi bisa mengurangi beban finansial mereka.
"Awalnya mau daftar sekolah lain, tapi karena ada sekolah rakyat yang gratis, ya saya pilih sini saja," ujarnya.
Fajar mengaku sedih bila terus menerus membebani orang tuanya untuk bersekolah.
Bilamana tidak, bapak maupun ibunya hanya bekerja sebagai buruh tani untuk menyambung hidup sehari-hari.
Baca Juga:Juli 2025, 200 Sekolah Rakyat Dibuka, Prioritaskan Guru Lokal dan Koneksi Internet
Karenanya saat tahu ada program Sekolah Rakyat, kedua orang tuanya akhirnya mengumpulkan syarat-syarat yang dibutuhkan dengan bantuan petugas dari Program Keluarga Harapan (PKH) seperti KTP, fotocopy tagihan PLN, dan akte kelahiran.
"Ternyata lolos, bersyukur bisa mengurangi beban bapak, jadi biar bisa untuk sekolah[anggota keluarga] lainnya," ujarnya.
Hal senada disampaikan Dwi Sulistyo, lulusan SMPN 1 Bambanglipuro. Dengan semangat, Dwi mengaku masuk ke Sekolah Rakyat untuk memutus rantai kemiskinan orang tuanya.
"Pertama kali dikasih undangan saya sudah minta izin sama orang tua, sudah bilang saya mau niat, saya mau menjadi orang sukses dan ingin membanggakan kepada orang tua. Dan saya juga ingin memutus rantai kemiskinan. Karena gimana ya? Kalau orang miskin itu sama orang-orang itu dipandang rendah, suka di hina nah seperti itu," paparnya.
Dwi pun berusaha kuat untuk menyiapkan mentalnya jauh dari bapaknya yang tinggal sendirian setelah ditinggal mati sang istri. Bapak Dwi pun harus jadi buruh tani dan tukang untuk bisa hidup bersamanya selama ini.
Kedua saudara Dwi saat ini pun terpaksa dirawat tante karena keterbatasan ekonomi.