Kisah ini menjadi pelajaran pahit: di zaman sekarang, batas antara obrolan warung kopi dengan siaran pers global bisa setipis layar ponsel.
Apa yang dianggap sebagai diskusi internal dapat dengan mudah menjadi konsumsi viral dalam hitungan menit.

Bantah Tekanan UGM, Siapa Sebenarnya yang 'Membungkam'?
Spekulasi liar langsung merebak pasca-pencabutan pernyataan.
Baca Juga:Jokowi Dipolisikan Rismon Sianipar soal Ucapan di Dies Natalis UGM 2017? Polda DIY Bilang Begini
Mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Said Didu, bahkan secara terbuka mencuit adanya upaya "pembungkaman" terhadap Sofian Effendi.
Narasi yang terbangun adalah sang profesor mendapat tekanan dari almamaternya, UGM.
Namun, Sofian dengan tegas membantahnya.
Ia menyatakan klarifikasi itu murni inisiatifnya untuk menjaga hubungan baik dengan Rektor UGM dan mendinginkan suasana.
Lalu, jika bukan UGM, siapa yang memberikan tekanan? Jawabannya terungkap dari pesan WhatsApp yang diterima Sofian.
Baca Juga:Ijazah Jokowi Kembali Dipermasalahkan, Rektor dan Wakil Rektor UGM Digugat ke Pengadilan
"[Mungkin] yang dinamakan pembungkaman oleh kawan-kawan itu itu ada surat [link berita online] dari Jokowi lovers itu. Ada di WA, saya dikirimi surat itu, akan mengadukan saya kepada bareskrim," ungkap Sofian.
Ternyata, 'pembungkam' yang dimaksud bukanlah institusi besar, melainkan ancaman pelaporan ke Bareskrim Polri oleh kelompok relawan Barisan Jokowi Lovers (BJL).
Ancaman inilah yang diakuinya cukup membuat khawatir dirinya dan keluarga, meskipun ia tidak menerima teror dalam bentuk lain.
Babak Baru Polemik Politik: Efek Jera dari Relawan
Fenomena ini menyoroti pergeseran dinamika politik di Indonesia.
Tekanan terhadap figur publik atau oposisi tidak selalu datang dari 'atas' atau negara secara langsung.