SuaraJogja.id - Gubernur DIY, Sri Sultan HB X selama ini dikenal sebagai sosok karismatik dan tak banyak bicara.
Namun ternyata Raja Keraton Yogyakarta memiliki sisi lain laiknya orang kebanyakan.
Ada momen langka saat Sultan dihadapan ratusan anggota Pasukan Pengibar Bendera (paskibraka) di Kompleks Kepatihan Yogyakarta dengan santainya bernyanyi lagu cinta, Selasa (19/8/2025).
Sultan menyanyikan lagu berjudul 'Kharisma Cinta' yang dipopulerkan Broery Marantika dan Dewi Yull.
Baca Juga:Iklan Miras Sasar Anak-Anak di Medsos, DPRD Geram, Satpol PP DIY Minta Komdigi Take Down
Berdiri tanpa banyak gerakan, Sultan sesekali menggoyangkan kaki hingga lutut kanannya sembari tangan kirinya diselipkan ke saku celana.
Suasana Acara acara ramah tamah paskibraka pasca bertugas dalam upacara HUT ke 80 RI yang kaku pun berubah jadi hangat dan akrab.
Meski tak lama, momen tersebut sangat mengesankan banyak undangan dan para pelajar.
Mereka berkesempatan sekali seumur hidup melihat pemimpin rakyat Yogyakarta itu menyanyi.
"Aku ora tau [tidak pernah] nyanyi e, mau dijak duet, sing ono mung kui [lagu yo nyanyi kui]," papar Sultan.
Baca Juga:Renovasi Mandala Krida, Pemda DIY Pasrah Menunggu Lampu Hijau KPK, Kapan Selesainya?
Sultan mengaku aksi bernyanyinya tidak direncanakan.
Namun karena diminta bernyanyi bersama pengisi acara, dia akhirnya bersedia menyumbangkan suaranya.
Selain bernyanyi, Sultan juga membuka ruang dialog dalam kesempatan itu.
Para anggota Paskibraka diberi kesempatan menyampaikan pertanyaan seputar isu-isu daerah, mulai dari potensi pariwisata, mitigasi bencana, hingga maraknya kekerasan jalanan atau yang dikenal dengan istilah klitih.
"Memang dulu banyak klitih, tetapi relatif sekarang dengan kami di provinsi membentuk Jaga Warga. Jaga Warga itu adalah sejumlah tokoh masyarakat di desa-desa, dipilih oleh Pak Lurah. Kita angkat menjadi Jaga Warga, dan tugasnya membina masyarakat di masing-masing kelurahan," jelasnya.
Sultan menegaskan meski saat ini klitih kembali marak, pembentukan Jaga Warga kini menjadi langkah nyata yang dirasakan manfaatnya di masyarakat.
Salah satunya mengantisipasi terjadinya kejahatan jalanan.
Keberadaan Jaga Warga tidak hanya terbatas pada pencegahan klitih.
Namun juga menyentuh persoalan sosial lain seperti narkoba, konflik antar warga, hingga gesekan akibat perbedaan paham.
Mereka bersinergi dengan Bhabinkamtibmas dan Babinsa di setiap desa.
"Harapan saya, hal ini bisa mengurangi beban polisi. Tetapi harapan saya juga, Jaga Warga bisa memberitahu orang tuanya masing-masing kalau ada anak yang kira-kira sulit didisiplinkan," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi