Selain itu, Dispar DIY juga gencar melakukan kajian untuk merumuskan strategi yang berkelanjutan.
Kajian tersebut difokuskan pada penguatan destinasi wisata berbasis budaya agar mampu bersaing dengan daerah lain, baik di dalam negeri maupun mancanegara.
"Kita harus betul-betul mampu untuk menyediakan destinasi wisata yang memenuhi kebutuhan dari wisatawan yang sudah shifting ini," tegasnya.
Tantangan Dinamika Global
Baca Juga:Jogja Tak Lagi Kejar Turis Massal: Strategi Baru Pariwisata Fokus Kualitas, Bukan Kuantitas!
Meski demikian, Imam tidak menutup mata terhadap tantangan global yang turut berpengaruh pada pariwisata di Yogyakarta.
Ia turut menyinggung faktor eksternal seperti ketegangan geopolitik di sejumlah wilayah misalnya Timur Tengah.
Belum lagi ada tantangan soal pelemahan ekonomi global yang bisa berdampak pada aksesibilitas wisatawan.
"Kita khawatirkan kalau ini [perang di berbagai negara] tetap bergolak berarti nanti masih ada kemungkinan penutupan bandara-bandara internasional yang menjadi basis wisatawan Daerah Istimewa Yogyakarta," ungkapnya.
Dalam konteks konektivitas, Imam menyoroti pentingnya pembukaan rute penerbangan internasional langsung ke Yogyakarta International Airport (YIA).
Baca Juga:Sungai Code, Gajah Wong, dan Winongo Dinormalisasi, Jejak Romo Mangun Dihidupkan Kembali
Adapun saat ini, YIA sudah melayani penerbangan langsung ke Malaysia dan Singapura.
Namun ia mendorong untuk pembukaan rute penerbangan internasional yang lebih banyak lagi.
"Tantangan kita adalah kemudian membuka jalur-jalur penerbangan lain yang memungkinkan wisatawan mancanegara hadir secara direct ke Yogyakarta International Airport (YIA)," kata dia.