- Stunting di Bantul menurun drastis
- Bantuan terhadap keluarga terindikasi stunting digenjot
- Sejumlah lembaga dan komunitas diganding Pemkab Bantul untuk menekan laju stunting
SuaraJogja.id - Kabupaten Bantul mencatat penurunan angka stunting tertinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Berdasarkan Survei Gizi Indonesia tahun 2024, prevalensi stunting di Bantul turun menjadi 16,5 persen, setelah tahun sebelumnya sempat naik cukup tinggi hingga 20,5 persen.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan KB (DP3AP2KB) Bantul, Ninik Istitarini.
Ninik menuturkan bahwa capaian tersebut menunjukkan adanya kemajuan signifikan dalam penanganan kasus stunting.
Baca Juga:Remaja Dianiaya karena Dikira Klitih di Bantul, Pelaku Berjaket Ojol?
Namun ia mengingatkan bahwa angka itu masih jauh dari ideal.
"Penurunan ini tertinggi di DIY, tapi kita tidak boleh jumawa. Kita masih harus menurunkan angja stunting sampai nol," kata Ninik, ditemui di Piyungan, Kamis (9/10/2025).
Diungkapkan Ninik, berdasarkan data pengukuran di posyandu sepanjang 2025 ini, tercatat 7,91 persen balita di Bantul masih menunjukkan indikasi stunting.
Jumlah itu diambil dari total 3.474 balita yang diukur.
Meskipun memang angka tersebut menunjukkan tren stagnan dibanding tahun sebelumnya.
Baca Juga:Diakui UNESCO, 4 Kelurahan di Bantul Ini Resmi Jadi Tsunami Ready Community
Kondisi ini membuat Pemkab Bantul terus memperkuat pemantauan lapangan bersama kader posyandu dan Tim Pendamping Keluarga (TPK).
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mempercepat proses penurunan angka stunting tersebut, Pemkab Bantul kali ini menyalurkan bantuan kepada 50 keluarga berisiko stunting (KRS).
Bantuan itu tersebar di Kapanewon Piyungan dan Pundong.
Masing-masing kapanewon memiliki 25 keluarga sasaran dengan fokus intervensi pada ibu hamil berisiko dan baduta (bawah dua tahun).
"Kapanewon Piyungan ini baduta atau bawah dua tahun, yang potensi stunting ada 62 anak atau 6,6 persen dari jumlah baduta yang ada di Kapanewon Piyungan. Baduta sekitar seribu di Piyungan," tuturnya.
Selain mengandalkan intervensi dari pemerintah daerah, Bantul juga menggandeng berbagai mitra, termasuk lembaga dan komunitas.