Djaka Lodang: Jaya pada Era Kode Buntut, Menolak Punah di Zaman Pancaroba

Harapan untuk mendapat dukungan dari Pemerintah Kota Yogyakarta sempat menjadi tumpuan besar Djaka Lodang agar bisa bertahan di era modern.

Chandra Iswinarno | Husna Rahmayunita
Selasa, 03 Desember 2019 | 07:00 WIB
Djaka Lodang: Jaya pada Era Kode Buntut, Menolak Punah di Zaman Pancaroba
Ilustrasi Abdullah Purwodarsono. [Suara.com/Rendra]

Djaka Lodang bisa tetap eksis kalau Sultan mau turun tangan atau setidaknya menjadi pelanggan yang setiap minggu bisa beli majalah ini. Pasti itu bisa meningkatkan oplah. Ya tho?” tanya Purwadi.

Purwadi lantas menunjukkan pemberitaan terkait dirinya yang belum lama ini diberitakan Djaka Lodang. Saat itu, ia kedatangan Kazunori Toyota, Budayawan asal Jepang yang gemar dengan Kebudayaan Jawa. Mereka melakukan diskusi dan belanja buku bersama.

Kini, majalah Djaka Lodang yang terbit setiap hari Sabtu. Masih bertahan dengan ragam rubrik yang disatukan dalam 50 halaman. Mulai dari Cerita sambung, Wawasan Ironing Negara (berita internasional), Nasib Penjenengan (ramalan nasib), Jagading Lelembut, Aksara Hawa, Tembang Dolanan (lagu anak-anak), Geguritan (puisi), Plesiran (berita liburan) dan masih banyak lagi.

Baca Juga:DIY Usul Materi Bahasa Jawa untuk Seleksi CPNS dan Kenaikan Pangkat

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini