SuaraJogja.id - Warga terdampak tol Yogyakarta-Semarang (Jogja-Bawen), di Desa Margokaton, Kecamatan Seyegan bingung. Pasalnya, hingga hari pertama sosialisasi digelar, pihak proyek belum memiliki data pasti by name dan by address pemilik tanah terdampak.
Dalam sosialisasi yang digelar di balai desa setempat, Selasa (28/7/2020) diketahui ada perubahan dalam desain tol Jogja-Bawen, diakibatkan kekeliruan dalam proses menggambar desain. Di mana, salah satu jalur ada yang tergambar dalam desain berbelok. Sedangkan dalam desain terbaru, jalur tersebut seharusnya lurus.
Dikemukakan oleh Kepala Dusun Bantulan, Yuli Purwanto, akibat perubahan tersebut, maka diperkirakan ada penambahan jumlah lahan terdampak pembangunan tol, ketimbang desain yang diketahui sejak awal.
"Dalam peta awal, terlihat toko saya terdampak. Tapi dari peta baru, tidak kena. Hanya saja awalnya yang terdampak 20 KK (kepala keluarga). Dengan ada perubahan ini, saya belum tahu, belum hitung," tutur dia, usai sosialisasi.
Baca Juga:Liburan di Jogja Kehabisan Uang, Residivis Gondol HP dan Uang buat Makan
Iaa menyayangkan, data by name terdampak proyek tol berbeda dengan titik-titik yang ada dalam peta desain tol. Justru ada nama-nama yang masuk jajaran terdampak tol dan nama-nama tersebut berbeda dengan yang ada di peta.
"Saya bingung data yang pasti itu yang mana, yang di peta atau by name yang sudah ada," ujarnya.
Menurut Yuli, warga berharap segera ada kepastian data by name dan peta desain terdampak proyek tol. Agar warga tidak terdampak bisa lebih tenang, sedangkan yang terdampak bisa memikirkan langkah yang akan mereka lakukan selanjutnya.
"Sebetulnya kami hanya persiapan psikologi misal warga terdampak 'Saya harus pindah ke mana. Harus sosialisasi dengan warga yang baru'. Kalau untuk ganti rugi, ganti untung ya bisa dipikirkan. Kan tidak bisa menolak [proyek] juga," ucapnya.
Sementara itu warga Susukan 1, Sukirno menyatakan, ia mempertanyakan ada atau tidaknya tempat ganti atau relokasi, bagi warga yang tempat usahanya terdampak proyek tol.
Baca Juga:Peduli Warga Pesisir Saat Pandemi, TNI AL Jogja Beri 1.500 Paket Sembako
Selebihnya, sebagai warga ia hanya bisa mematuhi aturan dan mengikuti proses selama pembebasan lahan.
Ia menyebutkan, lahan miliknya masuk menjadi salah satu lahan terdampak proyek tersebut beserta beberapa tanaman produktif yang ada di atasnya.
"Ada beberapa pohon jati dan pohon lainnya. Kami ikuti saja seperti apa nanti, karena ini proyek pemerintah. Hanya bisa mendukung," ucapnya.
Desain tol Jogja-Bawen yang keliru hanya 100 meter
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satker Pelaksanaan Tol Yogyakarta-Bawen, Heru Budi Prasetya mengatakan, desain tol dengan jalan lurus dan tidak berbelok, sudah diubah sejak lama. Hanya saja, ada kekeliruan saat memberikan informasi pertama ke desa setempat.
"Perubahan desain tol, hanya berjarak kurang lebih 100 meter. Yang mana, perubahan tersebut tidak akan memengaruhi dokumen perencanaan pengadaan tanah (DPPT). Itu sudah benar, hanya petanya yang salah, nanti petanya akan kami betulkan," ungkapnya, Selasa (28/7/2020).
Heru menuturkan, pembangunan tol di kawasan Margokaton akan memakan banyak lahan persawahan. Jalur di wilayah ini akan berada di atas selokan Mataram. Dibangun melayang dengan sejumlah tiang pancang.
Kepala Dusun Bantulan, Margokaton, Yuli Purwanto menjelaskan, perubahan tersebut diperkirakan akan menambah jumlah lahan terdampak pembangunan tol. Diketahui, dalam desain awal, ada sekitar 20 kepala keluarga terdampak.
"Tapi kami belum memastikan berapa jumlahnya. Belum kami hitung," terangnya.
Kepala Desa Margokaton, Sutejo mengungkapkan, di Dusun Bantulan ada satu RT yang terkena dampak. Hal ini karena wilayah tersebut bersinggungan dengan Desa Margodadi.
"Kawasan yang di Bantulan sedikit menyimpang dari selokan, agak jauh ke Selatan," tambahnya.
Total, ada lebih kurang 190 bidang tanah dengan luasan 102.926 meter persegi di Margokaton, akan terdampak pembangunan tol. Area luasan paling banyak terdampak adalah area persawahan.
Sedangkan untuk fasilitas umum, ada satu tempat ibadah yang akan dilakukan relokasi dan satu makam di Dusun Susukan yang terkena dampak.
Masyarakat terdampak rerata sudah memiliki cadangan tanah, selain yang ditempati saat ini. Hanya dua atau tiga orang yang belum memiliki tanah lain dan pihak desa masih akan membantu, imbuh Tejo.
Kontributor : Uli Febriarni