SuaraJogja.id - Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman memiliki penjelasan rinci, terkait angka kasus positif COVID-19 di Kabupaten Sleman yang mencapai lebih dari 950 kasus.
Kepala Dinas Kesehatan Sleman, Joko Hastaryo menjelaskan, ratusan data tersebut terdiri dari akumulasi jumlah pasien positif aktif, pasien [positif COVID-19] meninggal dan pasien yang sembuh. Sehingga, data tersebut tidak semata-mata menggambarkan total pasien positif di Sleman saat ini saja.
Tercatat, hingga Senin (21/9/2020), di Kabupaten Sleman ada sebanyak 348 orang pasien positif COVID-19 aktif. Dari jumlah itu, sebanyak 86,5% di antaranya adalah pasien asimtomatik.
"Jumlah itu diketahui lewat skrining yang kami lakukan terus-menerus," kata dia, kepada wartawan, Rabu (23/9/2020).
Baca Juga:Sah! 3 Paslon Melenggang dalam Pilkada Sleman 2020
Sementara itu, lewat tracing yang dilakukan kepada tenaga medis, tenaga kesehatan dan karyawan kesehatan di seluruh faskes di Kabupaten Sleman, telah didapati sebanyak 137 orang yang positif COVID-19.
Bila jumlah kasus positif pada nakes dihitung sejak pandemi bermula, maka total ada 205 tenaga dan karyawan kesehatan yang dinyatakan positif COVID-19.
Menurut dia, kasus positif didominasi tenaga dan karyawan kesehatan yang tidak langsung menangani kasus COVID-19.
Misalnya, bagian administrasi atau dokter serta tenaga medis yang ada di poli non COVID-19.
Hal ini diduga, tenaga dan karyawan kesehatan langsung bersinggungan dengan orang yang belakangan diketahui positif COVID-19, dalam kondisi tanpa mengenakan alat pelindung diri (APD) yang lengkap.
Kebanyakan mereka ini adalah karkes yang bertugas di poliklinik, maupun bangsal pasien umum.
Baca Juga:Pemkab Sleman Dorong Kalurahan Maksimalkan Dana Desa untuk Tangani Covid-19
"Pasien asimtomatik kan tidak bergejala, jadi kalau pakai thermogun ya tidak bisa terdeteksi, karena tidak demam. Misalnya mau periksa kehamilan, petugas tidak tahu kalau ternyata ibu ada ibu hamil asimtomatik," kata Joko.
Bupati Sleman, Sri Purnomo mengaku pihaknya sudah berkoordinasi dengan rumah sakit di Sleman, agar memperketat penerapan protokol kesehatan di rumah sakit.
"Karena sudah lama berdampingan dengan COVID-19, lama-lama jadi biasa, itu tidak boleh. Protokol kesehatan harus disiplin, dipakai terus [APD] lengkap," ujarnya, di halaman kompleks Setda Sleman.
Sri Purnomo menyatakan, tingginya penambahan pasien COVID-19 di Sleman, lebih baik diketahui lebih awal. Sebab dengan demikian, penanganan terhadap pasien juga akan semakin optimal dan cepat.
Ia mengimbau masyarakat agar tetap disiplin menerapkan protokol pencegahan COVID-19, menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
Sementara itu, terpisah Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman, Makwan mengungkapkan, hingga pukul 16.10 WIB tadi, terdata ada 101 pasien COVID-19 dirawat di Asrama Haji.
Sebanyak satu pasien sembuh telah pulang, dan sembilan orang pasien baru masuk untuk menerima penanganan.
Sebanyak 26 Positif COVID-19 Ditemukan, Tracing Pasar Cebongan Dihentikan
Kepala Dinkes Sleman, Joko Hastaryo menyatakan, kekinian Dinkes Sleman menghentikan tracing kontak kasus positif, dari klaster Pasar Cebongan. Langkah itu diambil, setelah ditemukan 26 orang terkonfirmasi positif COVID-19 lewat tracing klaster tersebut.
"Tracing dirasa cukup. Karena sejak kemarin [Selasa (22/9/2020)] sore, tidak lagi ditemukan kasus baru. Orang yang berkontak dengan positif COVID-19, telah melakukan rapid test dan memiliki hasil non reaktif," ungkapnya.
Joko mengungkapkan, 26 orang pasien positif COVID-19 dari klaster Pasar Cebongan antara lain 13 orang pedagang dan 13 lain merupakan keluarga pedagang.
Dinkes Sleman akan melakukan skrining di pasar lain di Kabupaten Sleman, dalam rangka antisipasi klaster serupa. Rencana ini diikuti dengan upaya koordinasi dengan pihak terkait.
"Meskipun demikian waktu skrining masih belum bisa dipastikan. Karena kami masih melakukan tracing lain," tutur Joko.
Kontributor : Uli Febriarni