
“Masker gas anti huru-hara itu tembus baunya, jadi enggak kuat. Bau jenazah itu, dari 100 meter kita masuk, sudah terasa baunya,” kata Julius.
“Bahkan saya ngerasain dua hari setelahnya tak bisa makan,” tambahnya.
Sejak awal tim evakuasi itu melihat lubang sumur, sejumlah prajurit mencurigai adanya bom jebakan yang diselipkan di para jenazah tersebut. Mereka pun memastikan terlebih dahulu, bahwa lubang sumur tua itu aman.
Sementara itu, ketika ditanya bagaimana kondisi para jenazah di dalam sumur, mereka menjelaskan bahwa jika dilihat dari atas hanya terlihat kakinya saja.
Baca Juga:Jejak PKI di Palembang, Ada Kamp di Pulau Kemarau Hingga Muktamar Ulama
Oleh sebabnya, ketika dievakuasi ke atas, para perwira TNI AD tersebut diikat kakinya, sehingga berada dalam posisi terbalik.
Julius mengisahkan kembali peristiwa pengangkatan jenazah Jendral Ahmad Yani dan Jendral Sutoyo. Kala itu, keduanya yang sempat terjatuh kembali tersumur lantaran tali yang digunakan tak kuat menahan beban berat dan terputus.
“Yang ngenes sekali itu, (jenazah) pak Jenderal Ahmad Yani dan Jenderal Sutoyo ketika ditarik ke atas sudah dimulut sumur, talinya putus,” ujar Julius.
Bahkan Julius menyaksikan sendiri bagaimana kondisi mayat dari Jenderal Ahmad Yani.
“Yang juga berkesan buat saya, yang berkesan artian sedih waktu itu. Saya melihat pak Yani ketika waktu di taruh di tanah lehernya langsung pluk gitu. Saya langsung jongkok itu lihat, lehernya disayat itu, cuma enggak sampai putus,” jelas Julius.
Baca Juga:Cegah Klaster Baru, Polisi Larang Nobar Film G30S/PKI
Menurut Sugimin, kondisi jenazah Ahmad Yani menjadi salah satu yang paling mengerikan.