Dilengkapi Alat Canggih, Bandara YIA Siap Hadapi Potensi Tsunami 20 Meter

DI YIA terpasang alat deteksi yang paling canggih di Asia.

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Rabu, 07 Oktober 2020 | 17:15 WIB
Dilengkapi Alat Canggih, Bandara YIA Siap Hadapi Potensi Tsunami 20 Meter
Sejumlah pegawai di Bandara YIA, Temon Kulon Progo berlindung di lantai Mezanin dalam simulasi tsunami yang digelar BMKG, Rabu (7/10/2020). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

SuaraJogja.id - Suara sirine berbunyi keras hingga terdengar di seluruh penjuru Bandara Yogyakarta International Airport (YIA), Temon, Kulon Progo, Rabu (7/10/2020). Otoritas bandara YIA terlihat panik tak karuan. Mereka berlarian dari area parkir yang berada di paling bawah menuju ke tangga darurat yang paling dekat dengan mereka.

Dengan tetap memperhatikan kondisi sekitar. Dengan tergopoh-gopoh mereka menuju lantai mezanin atau diketahui sebagai lantai tiga di bandara YIA. Sirine masih terus berbunyi, menandakan bahaya belum usai.

Sesampainya di lantai mezanin, mereka lantas menyebar masing-masing untuk mencari tempat yang aman untuk berlindung di bawahnya. Tanpa membuang waktu mereka langsung tiarap merayap masuk ke bawah kursi dan meja yang tersedia di sana, menunggu hingga kondisi aman kembali.

Kepanikan dan upaya penyelamatan diri yang dilakukan oleh otoritas Bandara YIA itu bukan keadaan yang sebenarnya terjadi. Segala bentuk upaya penyelamatan tadi merupakan simulasi dan latihan terkait dengan sistem peringatan dini dan mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami.

Baca Juga:Lesu Selama 6 Bulan, Perajin Batik Kulon Progo Maksimalkan Pasar Online

Sejumlah pegawai di Bandara YIA, Temon Kulon Progo berlindung di lantai Mezanin dalam simulasi tsunami yang digelar BMKG, Rabu (7/10/2020). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]
Sejumlah pegawai di Bandara YIA, Temon Kulon Progo berlindung di lantai Mezanin dalam simulasi tsunami yang digelar BMKG, Rabu (7/10/2020). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

Kegiatan yang diselenggarakan oleh Inter-governmental Coordination Group/ Indian Ocean Tsunami Warning Mitigation System (ICG/IOTWMS)-UNESCO ini rutin digelar setiap dua tahun sekali. Hal ini bertujuan untuk terus memberikan kewaspadaan dan penanganan yang baik terkait dengan bencana alam yang mengintai.

Kepala BMKG Pusat, Dwikorita Karnawati mengatakan sudah menjadi kewajiban semua pihak untuk turut serta meningkatkan kemampuan dalam hal mitigasi bencana. Oleh sebab itu pemerintah melalui BMKG selalu mendorong untuk setiap daerah terus melatih kesiapsiagaan masyarakat terkait penanganan bencana itu.

"Kalau tingkat nasional dua tahun sekali tapi kalau bisa daerah harus bisa lebih sering lagi menggelar kegiatan semacam ini. Agar masyarakat dan semua pihak terkait mengerti betul respon yang harus diambil ketika ada bencana," kata Dwikorita saat ditemui awak media.

Alat Canggih

Disampaikan Dwikorita, bahwa sesuai data yang didapat pihaknya Bandara YIA sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan canggih untuk mendeteksi lebih dini gempa bumi dan tsunami. Hal tersebut memperhitungkan dari lokasi bandara YIA sendiri yang memang berada di wilayah Pantai Selatan Jawa.

Baca Juga:LIPI Ingatkan Tsunami Besar Bisa Berulang, Buktinya Ada di Kulon Progo

Bahkan kata Dwikorita, hingga saat ini di Indonesia atau di Asia sekalipun baru bandara YIA saja yang memasang alat deteksi generasi terbaru tersebut. Dapat dibilang YIA menjadi pilot project untuk alat deteksi gempa dan tsunami. Jika nanti berhasil maka alat tersebut rencananya akan dipasang di seluruh bandara di Indonesia.

"Dengan alat terbaru ini perhitungan potensi tsunami bisa lebih cepat untuk diketahui. Setidaknya hanya butuh 3-4 menit saja sebelum sirine berbunyi," paparnya.

Lebih lanjut alat itu terhubung langsung dengan BMKG Pusat sehingga akan lebih memudahkan pemantauan potensi bencana yang akan terjadi. Secara teknis, sistem hanya perlu dua menit saja untuk mengolah data untuk selanjutnya memberi informasi, setelah diketahui titik, kekuatan dan kedalaman.

Dwikorita menjelaskan simulasi dengan alat baru ini juga sudah dirancang pemasangannya berdasar musibah gempa bumi dan tsunami Aceh tahun 2004 silam. Alat itu dibangun dengan mengambil perhitungan gempa bumi yang mencapai kekuatan 9 SR dan gelombang tsunami menghantam pantai sekitar 20 menit pasca gempa.

"Alat itu dibangun menyesuaikan dengan peristiwa yang sudah terjadi seperti musibah Aceh beberapa tahun silam. Dengan pertimbangan itu diharapkan alat ini dapat bekerja secara maksimal," ucapnya.

Siap hadapi potensi tsunami besar

Terkait dengan potensi tsunami dengan gelombang tsunami setinggi 20 meter di pantai selatan jawa yang belakangan santer dikabarkan, Dwikorita menyebut bahwa memang ada banyak penelitian yang memperkirakan suatu bencana. Banyak metode dan teknis penelitian yang membuat hasilnya pun berbeda-beda.

Namun memang salah satu dari penelitian itu kata Dwikorita, menyinggung soal potensi megatrush pantai selatan Jawa yang mencapai kekuatan 9,1 SR. Hal itu nanti yang memicu gelombang tinggi mencapai 20 meter tersebut.

Terkait penelitian tersebut dengan posisi YIA yang berada di wilayah pesisir, pihaknya mengakui bahwa telah melakukan persiapan dengan perkiraan terburuk. Menurutnya, jika mengacu pada penelitian dari ITB dan BMKG, kekuatan gempa di pantai selatan YIA paling buruk akan mencapai 8,8 SR dengan ketinggian gelombang 14 meter. Posisi tersebut tidak separah dibandingkan dengan pantai selatan di Jawa Barat dan Jawa Timur.

"Persiapan YIA sejak awal terbilang sudah cukup baik, mulai dari struktur bangunan, teknologi hingga langkah penyelamatan. Langkah antisipasi untuk kejadian paling buruk juga tetap kita persiapkan terus," tegasnya.

Sementara itu PTS General Manager (GM) YIA, PT Angkasa Pura I, Agus Pandu Purnama menuturkan bahwa simulasi ini menjadi pematangan teknis evakuasi jika gempa dan tsunami yang ramai diperbincangkan akhir-akhir ini benar terjadi. Selain itu juga untuk mencoba alat pendeteksi terbaru dari BKMG yakni Warning Receiver System (WRS) New Generation.

Sejumlah pegawai di Bandara YIA, Temon Kulon Progo berlindung di lantai Mezanin dalam simulasi tsunami yang digelar BMKG, Rabu (7/10/2020). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]
Sejumlah pegawai di Bandara YIA, Temon Kulon Progo berlindung di lantai Mezanin dalam simulasi tsunami yang digelar BMKG, Rabu (7/10/2020). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

"Alat terbaru ini dapat menunjukkan secara real time, posisi gempa dan potensi tsunami yang mungkin saja menerjang. Sehingga nanti secara otomatis akan membunyikan sirine untuk tsunami," ungkapnya.

Pandu menyampaikan dalam simulasi ini juga dipraktikan langsung penanganan evakuasi penumpang yang ada di lantai bawah untuk bisa naik ke lantai Mezanin di lantai atas. Dikatakan Pandu, ketinggian mezanin sendiri mencapai 15 meter.

Ditambahkan Pandu, masyarakat sekitar pun nantinya juga tetap akan mendapat akses pintu emergency di sebelah barat dan timur. Menurutnya bandara YIA menjadi bangunan yang paling tinggi dibanding dengan wilayah sekitar sehingga dapat digunakan untuk evakuasi masyarakat.

"Kalau untuk kapasitas di gedung bandara bisa mencapai lebih dari 6.000 orang tapi kalau untuk crisis center itu sekitar 600an," ucapnya.

Pandu mengatakan selanjutnya akan ada evaluasi yang dilakukan oleh BMKG dan pihak Bandara YIA sendiri terkait dengan simulasi yang telah dilaksanakan. Pasalnya tidak hanya menyasar penumpang di bandara saja tapi masyarakat yang ada di sekitar lokasi misalnya di Underpass YIA.

"Intinya tidak hanya pengguna jasa tapi kita juga memikirkan bagaimana cara mengevakauasi masyarakat sekitar," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini