Rumahnya Diterjang Awan Panas, Bagong Selamat Berkat Lemari Tua

Kaki dan tangan Bagong melepuh saat sembunyi di dalam lemari lantaran menahan terjangan awan panas.

Galih Priatmojo | Muhammad Ilham Baktora
Selasa, 03 November 2020 | 13:18 WIB
Rumahnya Diterjang Awan Panas, Bagong Selamat Berkat Lemari Tua
Ilustrasi erupsi merapi. [Ema Rohimah / grafis suarajogja.id]

Berjibaku menahan panasnya Wedhus Gembel, Bagong hanya bisa berdoa. Pikirannya saat itu hanya selamat. Pasalnya beberapa waktu sebelum erupsi Merapi, Bagong sudah melamar istrinya. Sehingga ada tanggungjawab yang harus dia kerjakan yaitu mengikat janji suci di pelaminan.

Rasa putus asa diakuinya ada, pikiran bahwa ini adalah akhir hidup juga muncul selama dia menahan panas hingga tubuhnya melepuh. Bagong juga merasakan bahwa tidak akan ada yang bisa menyelamatkan ia dan ayahnya pada situasi itu.

Banyak pikiran di kepala membuat dia semakin frustasi. Perlahan Bagong merasa pusing, hingga akhirnya dia tak sadarkan diri menahan panas Wedhus Gembel.

"Setelah putus asa itu, saya langsung merasa pusing, akhirnya pingsan dan tidak ingat lagi," kata dia.

Baca Juga:Bus TransJogja Kecelakaan di Sleman, Mobil Partai yang Jadi Lawan Disoroti

Tuhan nampaknya masih memberi kesempatan hidup kepada Bagong. Setelah beberapa jam pingsan, Bagong mulai terbangun ketika ayahnya meminta untuk mengambilkan sarung. Ayah Bagong ingin mencari kakeknya yang tadi keluar dan berteriak-teriak.

Niat itu dia urungkan karena hawa panas di luar rumah masih terasa. Bagong tak mengingat betul apakah saat itu sudah pagi atau masih dini hari. Semuanya terlihat samar karena debu vulkanik yang memenuhi rumahnya.

Tak berapa lama, dengan menahan pedih lantaran tangan dan kakinya melepuh, Bagong merangkak keluar lemari memanfaatkan mangkok besar dan kursi busa sebagai pijakan untuk menghindari panas lantai. Sementara ayahnya masih mondar mandir di dalam rumah untuk mencari pertolongan.

Tak ada yang mengetahui jika di pedukuhan ini masih terdapat orang selamat. Hingga akhirnya ada suara motor dan ribut para relawan yang melintas.

"Ayah saya yang mendengar itu langsung berteriak tolong. Termasuk saya yang sudah merasa dehidrasi dan kulit melepuh. Saya masih ingat kata-kata yang saya dengar dari relawan, iya sebentar kami bantu, tunggu dulu," ungkapnya.

Baca Juga:Soal Kompetisi, PSS Sleman Desak PSSI dan PT LIB Segera Gelar Pertemuan

Tepat pukul 09.00 wib, dirinya melihat relawan membuka pintu rumahnya, ada anggota berseragam TNI, PMI dan yang membawa tandu masuk ke dalam.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak