SuaraJogja.id - Seniman asal Yogyakarta yang sekaligus menjadi sahabat Ki Seno, Susilo "Den Baguse Ngarso" Nugroho menyebut bahwa sahabatnya itu adalah orang yang penuh dengan kreativitas. Meski tidak pungkiri hingga akhir hayatnya masih ada banyak perdebatan terkait gaya atau penyampaian Ki Seno dalam mendalang.
Menurut Susilo, selama ini dikotomi tontonan dan tuntunan perhelatan wayang Ki Seno Nugroho selalu diperdebatkan oleh beberapa pihak. Namun kata Susilo, sahabatnya tetap teguh untuk memilih bahwa tontonan itu tidak bisa dihindarkan karena memang itu merupakan sebuah pertunjukan.
"Dari kreativitasnya justru saya melihat ada suatu lompatan besar yang menurut saya benar. Termasuk ketika kalangan penggemarnya selalu mengelu-elukan bagongnya itu," ujar Susilo saat ditemui awak media, di rumah duka, Gayam, Argosari, Sedayu, Bantul, Rabu (4/11/2020).
Susilo menegaskan versi bagong yang dimiliki Seno merupakan sosok yang cerdas. Bahkan, menurutnya itu sudah benar jika melihat dari sisi penalaran pertunjukan.
Baca Juga:Ditjen Migas Bagikan 500 Mesin Pompa Ramah Lingkungan ke Petani Bantul
"Memang keliatan nekat tapi menurut saya ya ini yang bener. Ada versi dalang-dalang tertentu dikesankan bagong itu bloon, goblok asal lucu, kalau ini engga, justru malah cerdas dan aktual. Itu adalah salah satu kelebihannya," tegasnya.
Disampaikan Susilo, kelebihan lain yang tampak menonjol dari Ki Seno adalah irama dramatik. Hal itu membuat setiap penonton yang menyaksikan itu nyaman, terlepas dari teknis-teknis lain yang itu bisa diperbedatkan.
Salah satu hal yang terus menjadi perdebatan adalah penyatuan gagrak Surakarta dan gagrak Yogyakarta dalam pertunjukan wayang kulitnya. Namun Susilo tidak mau ambil pusing terkait hal itu, justru lebih berfokus pada bagaimana tontonan itu bisa dikemas sehingga ada tuntunan yang masuk di dalamnya.
"Ki Seno itu cerdas, kalau diteori lawak itu ada yang mancing ada yang ngegolke. Nah dia itu mancing yo gelem ngegolke yo iso. Dia rendah hati, ketika ada bintang tamu lawak dia cenderung mancing walaupun sesekali ngegolke. Jadi intinya ora jumawa," tuturnya.
Sementara itu dalang sekaligus Pemilik Museum Wayang Beber, Indra Suroinggeno, mengatakan bahwa semua pihak pasti merasakan kehilangan terkait dengan meninggalnya Ki Seno. Terkait dengan penyatuan atau percampuran gagrak Surakarta dan gagrak Yogyakarta, hal itu dimaknai sebagai sebuah persatuan.
Baca Juga:Banguntapan Zona Merah, Jam Operasional Pasar di Bantul Bakal Dibatasi Lagi
"Dari sudut pandang saya, itu justru malah mempersatukan perbedaan. Saya membaca itu sebagai sesuatu yang positif. Semangat Ki Seno memang patut dicontoh," kata Indra.