Herlambang menegaskan bahwa sebenarnya gerakan ini tujuannya bukan pada pengadaan peti itu sendiri. Melainkan lebih sebagai stimulus masyarakat agar bisa ditiru.
"Sebenarnya mohon gerakan ini direplikasi oleh pihak-pihak lain gitu loh, harapan kami begitu. Kemarin ada dokter dari Klaten juga meminta bantuan peti karena di sana kekurangan peti kantong jenazah dan macam-macam. Tapi ya tidak mungkin kami berikan. Bahkan kami adakan pun sulit karena keterbatasan kami," katanya.
Lebih lanjut, Herlambang berharap masyarakat lain bisa turut terlibat untuk membantu di saat kondisi kritis sekarang ini. Ia bahkan terbuka untuk menerima siapa saja yang ingin datang membantu.
" Artinya begini, kalau memang ada yang berminat, pengen kemudian tahu, yuk datang ke sini kita belajar bareng gitu loh. Alat-alatnya dari nol, kebetulan di sini punya alatnya sudah stok punya sendiri hari ini satu terbakar, akhirnya beli alat," terangnya.
Baca Juga:BEM KM UGM Gagas Etalase Nasi Gratis Bantu Warga Terdampak Pandemi, Ini Dia Lokasinya
Namun lebih dari itu harapan semua yang terlibat dalam gerakan pembuatan peti tersebut adalah bisa untuk sesegera mungkin berhenti produksi. Dalam artian bahwa kasus Covid-19 itu sudah turun dan teratasi dengan baik sehingga pengadaan peti juga bisa teratasi.
"Itu harapan kami. Harapan kami yang lain adalah kalau memang masih panjang, supaya kita bareng-bareng memenuhi kebutuhan peti yang krisis ini. Itu harapan kami paling utama. Kita kan gotong royong nomor satu semangatnya," pungkasnya.
Sementara itu Komandan TRC BPBD DIY Wahyu Pristiawan, mengatakan pihaknya sudah sejak beberapa waktu lalu memprediksi adanya lonjakan kematian pasien Covid-19. Terlebih pasien terkonfirmasi positif Covid-19 yang hanya menjalani isolasi mandiri di rumah.
"Sejak awal kita sampaikan analisa ini bahwa akan mengakibatkan terjadinya lonjakan atau bahkan ledakan kematian. Itu kami ingat bicara sejak tanggal 15 Juni 2021 lalu bahwa beberapa hari kedepan akan terjadi lonjakan kematian orang isoman di rumah," kata Pris.
Pris melanjutkan analisis itu dengan berdasarkan dampak dari ketidaktersediaan layanan kesehatan di rumah sakit untuk masyarakat yang terkonfirmasi positif Covid-19.
Baca Juga:UGM Sulap Wisma MIC Jadi Shelter Pasien Covid-19 Bergejala Ringan, Kapasitas 136 Orang
"Dari data yang kita dapat, dihitung sejak tanggal 1 Juni 2021 sampai dengan 5 Juli 2021 itu sudah ada 106 orang yang meninggal saat isoman," ujarnya.