Sebenarnya, saat suaminya mulai sesak napas sebelum meninggal Supraptini sudah berusaha menghubungi pihak Puskesmas Playen. Namun pihak Puskesmas Playen menyatakan jika sesak napas yang dialami oleh Paidi hanya sesak napas biasa seperti yang banyak terjadi pada pasien hemodialisa menjelang cuci darah.
Supraptini menuturkan selama isolasi mandiri memang sudah ada perhatian dari Satgas Penanganan Covid-19 di mana mereka mendapatkan bantuan permakanan dari Kalurahan. Untuk pemakaman suaminya, ia terpaksa menghubungi PMI.
"Saya hubungi PMI, katanya untuk memandikan suami saya harus nunggu jam 10 karena harus antre. Akhirnya saya mendapat bantuan relawan dari (Kalurahan) Banaran,"tuturnya.
Terpisah, Direktur RSUD Wonosari, dr Heru Sulistyowati mengakui jika IGD di rumah sakit tersebut sering penuh menyusul melonjaknya pasien covid-19. Karena memang kapasitas tempat tidur perawatan pasien covid-19 sangat terbatas. Kendati demikian, layanan terhadap pasien umum tetap dilaksanakan.
Baca Juga:Mantan Anggota DPRD dan Sekretaris DPD PAN Gunungkidul Meninggal Terpapar Covid-19
Khusus untuk pasien Hemodialisa, pihaknya melayani pasien cuci darah yang sudah terdaftar secara rutin di RSUD Wonosari. Di samping itu juga melayani cuci darah Cito atau segera untuk pasien yang kondisinya gawat darurat.
"Kami ada 18 alat HD (cuci darah) dan bisa difungsikan semua,"ujarnya.
Kontributor : Julianto