SuaraJogja.id - Menanggapi kondisi pandemi Covid-19 yang belum usai Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (BEM KM UGM) turun langsung membantu masyarakat dengan membagikan sejumlah paket makanan dan sembako. Dalam aksi kali ini BEM KM UGM membagikan sebanyak 200 paket nasi dan 40 kilogram beras.
Kegiatan tersebut sekaligus menjadi kritikan kepada pemerintah terkait penanganan pandemi selama ini.
"Aksi ini merespons sikap warga Jogja yang minta untuk dilonggarkan untuk tidak boleh melarang mencari makan dan atau untuk memberikan pemenuhannya kebutuhannya. Serta merespons juga poster tersebar yang meminta pemenuhan hak dan kewajiban negara terkait pemenuhan hak hidup bagi masyarakat," kata Ketua BEM KM UGM Muhammad Farhan kepada awak media, Kamis (22/7/2021).
Farhan menjelaskan BEM KM UGM mencoba melihat berbagai persoalan itu dari dua sisi. Pertama secara digital pihaknha sudah memberikan berbagai sikap, kajian dan tuntutan serta rekomendasi terkait apa kebijakan yang seharusnya diambil oleh pemerintah.
Baca Juga:Pandemi Tak Ada Event Musik, Andre dan Istri Tetap Bantu Bagi Sembako untuk Warga Isoman
Dalam hal ini, kata Farhan, yaitu melaksanakan secara penuh Undang-Undang Kekarantinaan Kesehatan.
Dengan melaksanakan karantina wilayah artinya pemerintah berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan bagi seluruh masyarakat yang ada di dalam wilayah karantina tersebut.
"Tapi hal itu tidak pernah dilakukan oleh pemerintah, malah selalu mengganti nomenklatur dan segala macam dan itu sudah kami sounding dan lakukan aksi dari bentuk media digital maupun diskusi-diskusi untuk disampaikan kepada pemerintah," terangnya.
Dalam aksi kali ini, lanjut Farhan, pihaknya kemudian tidak hanya ingin menuntut pemerintah saja. Melainkan turut memberikan solusi dalam hal ini membagikan bentuk paket bantuan sosial berupa beras dan nasi bungkus.
"Ini juga jadi itikad kita juga yang tidak hanya meminta atau memberikan kritik tapi juga membantu dalam tatanan horizontal. Nah harapannya ini juga menjadi satu sindiran juga terhadap pemerintah," tegasnya.
Baca Juga:Warga yang Isoman di Kota Balikpapan Dapat Nasi Kotak Tiga Kali Sehari dari Pemkot
Dalam artian, Farhan menjelaskan bahwa mahasiswa saja sudah bergerak untuk membantu masyarakat. Bahkan tidak hanya kali ini saja tapi sejak tahun lalu dengan sejumlah gerakan yang dilakukan.
Menurutnya pemerintah seakan-akan hanya memberikan apresiasi atau kemudian memberikan penghargaan saja. Namun untuk kelanjutan program tersebut nyatanya nihil.
"Tidak ada satu kelanjutan program yang disambut, ibarat tidak ada gayung bersambut dari pemerintah terkait program-program pemenuhan kebutuhan masyarakat," ucapnya.
Padahal Farhan juga tidak memungkiri bahwa mahasiswa penuh dengan keterbatasan. Tentu tidak akan cukup untuk mencukupi seluruh kebutuhan masyarakat secara umum.
Menurutnya ada ketimpangan tanggungjawab dari masyarakat yang sudah mencoba menjaga sesama dalam kurun waktu satu setengah tahun terakhir ini dengan pemerintah.
"Namun kalai merujuk Undang-Undang Kekarantinaan Kesehatan, ada poin dimana karantina wilayah itu dijamin kebutuhannya. Di situ sebenarnya tanggungjawab pemerintah yang timpang lah dengan kewajiban atau tanggungjawab dari masyarakat yang sudah mencoba menjaga sampai di titik satu setengah tahun ini," tandasnya.