Membedah Sejarah dan Mitos Plengkung Gading, Situs Sakral yang Kini Diberi Pagar

Plengkung Gading berfungsi sebagai satu dari lima gerbang masuk wilayah Keraton Jogja.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Minggu, 25 Juli 2021 | 15:54 WIB
Membedah Sejarah dan Mitos Plengkung Gading, Situs Sakral yang Kini Diberi Pagar
Ilustrasi Plengkung Gading - (Suara.com/Iqbal Asaputro)

Plengkung Gading dipagari

Kabarnya, perilaku tak sopan beberapa orang ini menjadi salah satu alasan kini Plengkung Gading dipagari. Pembangunan pagar di tangga menuju bagian atas Plengkung Gading ini mulai terlihat sejak pertengahan Juni lalu.

Mulanya, tangga masuk di kedua sisi Plengkung Gading ditutup dengan seng. Pagar juga sudah terpasang menghalangi tepi dan depan tangga dengan kondisi digembok. Tak ayal, banyak protes berdatangan dari warga Jogja.

Mereka menyoroti proyek pengindahan di Jogja yang dikerjakan di tengah pandemi Covid-19. Selain dianggap merusak autentisitas Plengkung Gading dan membuat warga Jogja merasa makin dibatasi di "rumahnya" sendiri, mereka berpendapat, sebaiknya biaya pemagaran Plengkung Gading digunakan untuk penanganan Covid-19, sama halnya dengan pemagaran Alun-Alun Utara.

Baca Juga:Mengulik Asal-usul Tolpit Kue khas Bantul, Namanya Jorok tapi Rasanya Enak

Namun, keluarga Keraton Jogja kemudian menjelaskan, pihaknya mendapat laporan bahwa di malam hari, bagian atas Plengkung Gading kerap digunakan sebagai lokasi aktivitas "aneh-aneh" alias perbuatan mesum.

Lantas, sebagai situs yang sakral, setelah dipanjat hingga dijadikan tempat mesum, Plengkung Gading akhirnya diberi pagar, sehingga warga tak lagi memiliki akses untuk naik ke sana.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini

Tampilkan lebih banyak