SuaraJogja.id - Progres pembebasan lahan pembangunan jalan tol khususnya di wilayah Kalurahan Tirtoadi, Mlati, Sleman telah mencapai 98 persen. Proyek yang memakan sekitar 50 persen lahan di padukuhan tersebut hanya menyisakan sejumlah persoalan saja untuk pembebasan lahan.
"Untuk wilayah Tirtoadi bisa dikatakan 98 persen. Hanya beberapa yang ada kendala," kata Jogoboyo (Kasi Pemerintahan) Kalurahan Tirtoadi Heky Prihantoro kepada awak media, Senin (6/9/2021).
Heky menuturkan, salah satu kendala pembebasan lahan itu adalah, ada pemilik tanah yang saat akan proses pencarian justru meninggal dunia. Selain itu ada juga yang hingga saat ini tidak tahu keberadan pemilik tanah yang bersangkutan.
"Jadi itu retur berkas dulu (yang pemilik tanah meninggal). Terus ada yang tidak diketahui keberadaannya. Sampai sekarang pemilik tanah meninggalkan tempat dimana ia memiliki tanah dan belum pernah pulang itu ada satu bidang," ujarnya
Baca Juga:Kronologi Kecelakaan Truk di Breksi hingga Tewaskan 6 Korban dan 4 Berita SuaraJogja
Ditanya mengenai berapa rata-rata ganti rugi yang diterima warganya, Heky tidak bisa menyebutkan secara pasti. Namun besaran ganti rugi itu juga akan berjumlah berbeda antara satu warga dan lainnya.
"Kalau berapa miliarnya itu saya tidak bisa mengatakan karena itu berbeda-beda dan privasinya warga," ucapnya.
Ia hanya menyebut bahwa harga atau ganti rugi yang diterima sudah akan cukup jika digunakan untuk membeli tanah atau rumah baru. Sebab rata-rata harga yang diberikan sudah di atas harga pasaran walaupun memang belum sesuai ekspektasi warganya.
"Yang jelas itu kalau untuk beli tanah dan rumah itu bisa karena memang uang ganti rugi itu sudah di atas harga pasaran sehingga warga bisa leluasan untuk memilih tanah pengganti atau pindahnya. Biar pun itu sudah di atas harga pasaran tapi belum sesuai dengan ekspektasi atau angan-angan warga tetapi warga pun juga sudah menerima," ungkapnya.
Pria yang juga menjabat sebagai Plt Dukuh Sanggarahan itu menyatakan tidak ada yang benar-benar berubah dari warga Sanggarahan setelah menerima ganti rugi tol tersebut. Justru warga Sanggarahan khususnya tetap memprioritaskan hunian atau tanah baru untuk membelanjakan uangnya.
Baca Juga:Pascaganti Rugi Tol Jogja-Bawen Banyak Sales Masuk Kampung, Begini Imbauan Polisi
"Kalau khusus di Sanggrahan ini belum ada (yang beli mobil). Ini sementara kalau Sanggrahan belum ada mayoritas mereka terfokus untuk beli tanah dan membangun rumah kembali," tuturnya.
Jika pun ada warga yang akhirnya memutuskan membeli kendaraan atau mobil, kata Heky, hanya terkhusus mengalokasikan dana mereka untuk mobil barang saja dalam hal ini pikap.
Tujuannya untuk membantu membangun hingga bisa pindah ke rumah baru.
"Kalau beli mobil itu mereka hanya beli mobil barang dalam hal ini pikap untuk angkutan perpindahan rumah dan membangun rumah. Karena ketika nyewa juga mahal dan ketika dihitung-hitung lebih baik beli tetapi belinya tidak baru, itu yang saya ketahui," jelasnya.
Ditegaskan Heky, dari pihak pemerintah kalurahan sendiri juga tidak pernah merekomendasikan warga untuk membelanjakan uangnya untuk membeli kendaraan kendati memang diakui sudah ada banyak sales yang wira-wiri di wilayah kampung.
"Kami atas nama pemerintah kalurahan pun tidak pernah merekomendasikan hal yang paling utama untuk beli mobil. Beli lah tanah dan rumah dulu. Sejauh ini warga bijak, khusus untuk Sanggrahan ya. Tidak tahu kalau di Padukuhan lainnya," tandasnya.