Antisipasi Kerumunan dan Susah Sinyal Scan Barcode, Begini Langkah Pengelola Tebing Breksi

Ketua Pengelola Taman Wisata Tebing Breksi Kholiq Widiyanto mengakui, memang penerapan aplikasi PeduliLindungi di destinasi wisatanya tidak akan semudah yang dibayangkan.

Eleonora PEW | Hiskia Andika Weadcaksana
Minggu, 12 September 2021 | 17:25 WIB
Antisipasi Kerumunan dan Susah Sinyal Scan Barcode, Begini Langkah Pengelola Tebing Breksi
Stasiun Bekasi Timur mulai uji coba Aplikasi Pedulilindungi sebagai syarat penumpang Commuter LIne, Selasa (7/9/2021). (Suara.com/Imam)

SuaraJogja.id - Penggunaan aplikasi PeduliLindungi menjadi salah satu syarat wajib yang harus dipenuhi oleh seluruh destinasi wisata yang akan kembali buka. Namun tidak dipungkiri masih ada beberapa kendala yang harus dihadapi di lapangan.

Ketua Pengelola Taman Wisata Tebing Breksi Kholiq Widiyanto mengakui, memang penerapan aplikasi PeduliLindungi di destinasi wisatanya tidak akan semudah yang dibayangkan.

Selain ketersediaan layanan internet yang masih belum merata di setiap destinasi wisata. Pengaplikasian oleh masyarakat pun perlu lebih disiapkan agar tidak menjadi blunder.

"Itu juga (aplikasi PeduliLindungi) ke depan resiko di lapangan juga tidak mudah, mengingat itu juga harus dicek satu persatu," kata Kholiq saat dihubungi awak media, Minggu (12/9/2021).

Baca Juga:Kantongi CHSE dan Barcode PeduliLindungi, Tebing Breksi Siap Uji Coba Buka Wisata

Kholiq menjelaskan melihat dari kondisi di lapangan destinasi wisata Tebing Breksi memang menjadi salah satu tempat yang cukup unik. Jika tidak diperhitungkan dengan baik bukan tidak mungkin penerapan aplikasi PeduliLindungi akan semakin menyusahkan wisatawan.

"Nah Breksi ini kan destinasi yang cukup unik, tiket masuk dan parkir membayar jadi satu. Kemudian parkir mengelilingi objek utama. Padahal jalanan di sekitar Breksi itu terjal ya. Kekhawatiran saya nanti kalau itu nanti terjadi kemacetan (saat scan barcode aplikasi PeduliLindungi) ini malah yang lebih bahaya," terangnya.

Namun dari pihak pengelola sendiri sudah menyiapkan skenario terkait kondisi tersebut. Sehingga tidak membahayakan wisatawan dan meminimalisir kerumunan yang berpotensi terjadi di satu titik khususnya di jalanan terjal.

"Kita skenario nanti akan kita koordinasikan dengan yang di bawah. Artinya kendaraan nanti kita hentikan itu di bawah dulu supaya tidak terjadi antrian di tanjakan dan untuk menimalisir kerumunan scan barcode," jelasnya.

Menurutnya hal-hal itu perlu dilakukan untuk lebih memberikan kenyamanan bagi semua pihak. Selain itu juga mengantisipasi masih adanya wisatawan yang belum memiliki aplikasi PeduliLindungi sehingga menyebabkan waktu lebih lama lagi.

Baca Juga:Pengunjung Bertanda Hitam di Aplikasi PeduliLindungi Dilarang Masuk Mal

Terlebih wisatawan di samping harus memiliki aplikasi PeduliLindungi tapi juga disarankan untuk melakukan reservasi terlebih dulu lewat aplikasi Visiting Jogja.

"Kan ada dua (aplikasi), nah yang PeduliLindungi ini saja kita coba bagi yang awam dari mendownload aplikasi hingga mengisi data itu butuh 10-15 menit untuk satu orang, itu kalau belum punya aplikasi. Kalau sudah punya aplikasi itu enak," ungkapnya.

Namun kendala tidak hanya soal pengisian data atau scan barcode PeduliLindungi saja. Termasuk juga kekuatan sinyal atau koneksi internet yang dimiliki masing-masing orang.

Disampaikan Kholiq, tidak semua provider telekomunikasi akan mendapatkan kekuatan sinyal yang sama saat di Breksi. Hanya ada satu yang bisa memberikan koneksi yang lebih baik dari semuanya.

"Kalau sudah punya aplikasi itu aja ada masalah baru karena itu kan juga tergantung dengan kekuatan sinyal. Nah provider telekomunikasi yang ada di Breksi itu yang kuat hanya telkomsel," tuturnya.

Walaupun memang tidak dipungkiri tetap ada koneksi wifi yang sudah terpasang di sudut-sudut tertentu wilayah Tebing Breksi. Tetapi kapasitas pengguna juga masih terbatas.

"Walaupun ada wifi tapi kan kapasitas juga terbatas untuk wifi. Itu yang kemarin rapat dengan dispar provinsi yang saya memberi masukan seperti itu. Kalau bagi pengguna telkomsel sangat kuat sinyal di sini. Tapi untuk provider selain itu lumayan lemot (lambat)," ucapnya.

Nantinya, kata Kholiq, pengelola juga akan berupaya mendekatkan barcode yang dipasang di sekitar lokasi pemasangan wifi. Termasuk juga memperluas cakupannya agar dapat dinikmagi wisatawan.

"Solusinya mungkin barcode nanti kita pasang di beberapa titik yang dekat wifi. Untuk bandwith wifinya kemungkinan akan kita tambah. Jadi kalau Visiting Jogja kan enak bisa impor pesan artinya walaupun sekarang ngga ada sinyal asal sudah klik nanti kalau sudah dapat sinyal sudah terkirim. Kalau PeduliLindungi kan ngga bisa, kalau ngga punya sinyal ya berarti tidak bisa scan," tandasnya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Sleman Suparmono mengatakan bahwa pihaknya bersama dengan Pemkab Sleman telah mengusulkan alternatif terkait masalah koneksi internet. Salah satunya solusi yang mungkin digunakan adalah dengan diperbolehkannya wisatawan menggunakan atau menunjukkan kartu vaksin.

"Di surat Bupati kemarin yang dikirimkan kepada Pak Menteri [Menko Marves dan Menkes] kan tetap ada klausul kalau daerah-daerah yang blank spot tetep boleh diperbolehkan pakai kartu vaksin dulu istilahnya menunjukkan kartu vaksin. Permohonan kita seperti itu," kata Suparmono.

Pria yang akrab disapa Pram itu menyebut sebenarnya semua destinasi wisata di Bumi Sembada telah mendapatkan pembekalan teknis mengenai penerapan aplikasi PeduliLindungi. Termasuk dengan membagikan barcode yang nantinya digunakan untuk dipindai atau discan.

"Kalau intinya 2-3 hari lalu kita semua destinasi sudah membagikan teknis nanti caranya download QR code ya. Kita sudah bagikan semua," ucapnya.

Kendati begitu, Pram tetap menilai dibutuhkan jalan keluar jangka panjang dari pemerintah. Khususnya untuk memberikan jangkauan internet di sejumlah objek wisata yang masuk blank spot tadi.

"Jangka panjang pemerintah harus mencarikan jalan keluar yang blank spot itu kemudian ada sinyal gitu. Biar PeduliLindungi bisa dipakai efektif bener oleh masyarakat," imbuhnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak