SuaraJogja.id - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengaku masih belum bisa memastikan naik atau tidaknya harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax dalam waktu dekat. Pemerintah masih terus menimbang dampak kepada masyarakat terkait perubahan harga tersebut.
"Kalau Pertamax ini kita lihat nanti perkembangannya nih," kata Arifin ditemui awak media di Hotel Sheraton Mustika, Kamis (24/3/2022).
Arifin menerangkan ada berbagai pertimbangan yang membuat aturan tentang harga BBM jenis Pertamax itu secara tidak langsung memang bisa terdampak. Termasuk dengan isu geopolitik yang tengah melanda Rusia dan Ukraina.
Konflik geopolitik yang masih memanas itu juga menjadi salah satu pertimbangan ke depan dari pemerintah. Khususnya terkait dengan apakah akan menaikkan harga BBM jenis Pertamax itu atau tidak di masa mendatang.
"Jadi sekarang ini dengan adanya isu geopolitik ya kita juga harus mempertimbangkan ke depan antisipasi apakah ini akan berkepanjangan atau nggak. Apakah akan berdampak terhadap perdagangan minyak dunia," ungkapnya.
Disampaikan Arifin, pihaknya belum lama ini juga telah berkomunikasi dengan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC). Dari sana, sejauh ini ketersediaan pasokan minyak masih dapat dijamin.
"Beberapa hari yang lalu berbicara dengan OPEC. Jadi OPEC menyampaikan dari segi suplai mereka bisa menjaga ya. Tapi mengenai harga mereka belum bisa memberikan kepastian," terangnya.
Kendati demikian, Arifin menyebut bahwa Bank Sentral Amerika The Federal Reserve sendiri juga telah mewanti-wanti dampak ekonomi yang muncul dari konflik geopolitik tersebut jika berlangsung secara berkepanjangan. Terlebih kepada para badan usaha yang selama ini berperan sebagai penyalur BBM.
"Jadi memang kita cermati dulu. Cuma memang kalau kelamaan bebannya berat juga (ke badan usaha). Kita lihat semester II," tegasnya.
Baca Juga:Sesuaikan Harga Minyak Internasional, Menteri ESDM Sebut Belum Akan Naikkan Harga Pertamax
Disinggung mengenai sisi regulasi badan usaha penyalur BBM tentang penyesuaian harga jual bahan bakar minyak non subsidi, kata Arifin juga belum dapat dipastikan.
"Ya itu tadi kita lihat dampaknya kepada masyarakat, berat apa enggak. Tapi nanti kita lihat semester II," imbuhnya.
Sebelumnya, Kementerian BUMN memberikan sinyal bahwa harga BBM jenis Pertamax yang dijual PT Pertamina (Persero) akan naik. Hal ini, setelah ada rencana perhitungan ulang harga Pertamax imbas dari kenaikan harga minyak dunia.
Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga mengatakan, perhitungan ulang ini dilakukan agar ada rasa keadilan bagi konsumen Pertamax, terutama pada konsumen mobil mewah.
Menurut dia, saat ini konsumsi nasional BBM Pertamax sebesar 13% yang didominasi oleh mobil-mobil mewah.
"Sudah saatnya dihitung ulang beberapa harga layak yang diberikan Pertamina untuk harga Pertamax yang dikonsumsi mobil mewah," ujar Arya kepada wartawan, Selasa (22/3/2022).
Selain itu, tutur Arya, perhitungan ulang ini karena jarak harga keekonomian dengan harga jual Pertamax sangat jauh. Saat ini harga keekonomian BBM Ron 92 seperti Pertamax sebesar Rp 14.500/liter, sedangkan harga jual Pertamax hanya Rp 9.500/liter.
"Dengan harga BBM pertamax Rp 9.500 ini bisa dikatakan posisinya Pertamina subsidi Pertamax. Dan ini jelas artinya, Pertamina subsidi mobil mewah yang pakai pertamax," ucap dia.
Arya menambahkan, jika dibandingkan negara lain harga BBM Pertamax juga lebih murah. Di Negara lain, ungkap dia, BBM Ron 92 dijual lebih dari Rp 14.000/liter.
"Kalau di Malaysia lebih rendah karena BBM setara Pertamax di sana disubsidi dengan mekasnisme tertentu yang mereka miliki. Jadi saat ini cukuplah ya harus kita itung ulang jangan sampai Pertamina subsidi mobil mewah yang manfaatkan Pertamax," imbuh dia.