Atasi Dampak El Nino, Daerah Diminta Sesuaikan Komoditas Pertanian yang Toleran Kekeringan

Menurut Idha, teknologi hemat air pun harus diterapkan.

Muhammad Ilham Baktora
Selasa, 29 Agustus 2023 | 20:35 WIB
Atasi Dampak El Nino, Daerah Diminta Sesuaikan Komoditas Pertanian yang Toleran Kekeringan
Kapusdiktan BPPSDMPK Kementan, Idha Arsanti menyampaikan tentang antisipasi kekeringan ekstrim di Yogyakarta, Selasa (29/8/2023). [Kontributor Suarajogja.id/Putu Ayu Palupi]

SuaraJogja.id - Kementerian Pertanian (Kementan) RI meminta daerah, termasuk Yogyakarta untuk menyesuaikan komoditas pertanian yang dikembangkan menyusul terjadinya kekeringan ekstrim akibat El Nino. Sebab hingga awal Januari 2024 mendatang, musim kemarau yang panjang membuat sektor pertanian akan mengalami kekurangan air.

Hingga saat ini kekeringan ekstrim akibat El Nino sudah mulai terjadi di sejumlah daerah. Di Yogyakarta misalnya, sebanyak 25 kapanewon mengalami kekeringan dan kawasan Gunung Kidul yang terparah.

"Kita akan menekan dampak kekeringan dengan bermacam teknologi di daerah. Jika memang kondisi ektrim kekeringan terjadi, dimulai dengan mengembangkan varietas pertanian yang tahan kekeringan," ujar Kepala Pusat Pendidikan Pertanian (Kapusdiktan) Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Kementan, Idha Arsanti disela wisuda 583 lulusan Polbangtan Yoma di Yogyakarta, Selasa (29/8/2023).

Menurut Idha, teknologi hemat air pun harus diterapkan. Diantaranya pembangunan embung untuk irigasi pertanian saat terjadi kekeringan yang parah.

Baca Juga:Puncak Musim Kemarau, Petani Gunungkidul Diminta Percepat Olah Lahan Persiapan Musim Tanam I

Penggunaan input yang efisien pun perlu pula dilakukan secara adaptif. Selain itu sektor peternakan pun harus disesuaikan.

"Contohnya dengan memilih ternak sapi yang cocok di lahan kering," ujarnya.

Kementan ke depan, lanjut Idha akan melakukan pemetaan daerah-daerah yang mengalami kekeringan parah untuk membantu mengatasi masalah pertanian. Contohnya di daerah ekstrim kekeringan di NTT, pemilihan komoditas pertanian yang sesuai dilakukan.

Selain itu pembangunan embung yang sederhana bagi petani. Atau pemanfaatan drip irigation atau irigasi tetes yang bisa menghemat air dan pupuk dengan membiarkan air menetes pelan-pelan ke akar tanaman, baik melalui permukaan tanah atau langsung ke akar, melalui jaringan katup, pipa dan emitor.

Hal itu dilakukan agar ketahanan pangan di Indonesia bisa terjaga. Sebab bila tidak dilakukan maka dikhawatirkan akan terjadi penurunan produksi dan kualitas hasil pertanian, berkembangnya hama penyakit tanaman dan musim tanam akan bergeser dengan risiko kekeringan.

Baca Juga:Petani di Wajo Diminta Manfaatkan Embung untuk Hadapi El Nino

"Kita lihat apa kebutuhan daerah saat terjadi kekeringan, itu yang kita hadirkan teknologinya," tandasnya.

Sementara Direktur Polbangtan Yoma, Bambang Sudarmanto mengungkapkan, Kementan melakukan terobosan dalam
rangka kemajuan sektor pertanian. Tidak hanya meningkatkan produksi namun juga menyiapkan sumberdaya manusianya melalui upaya meningkatkan minat generasi muda untuk terjun pada sektor ini dalam rangka regenerasi petani.

"Sektor pertanian membutuhkan generasi muda untuk menjadi agrosociopreneur, pencetus ide, inovator dan motor penggerak pembangunan daerah. Petani harus menerapkan smart farming sehingga kemudahan, efektivitas dan kelestarian lingkungan dapat terjaga," ujar dia.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak