"Kalau sekarang kan parkir mahal progresif entah larinya kemana kita gak tau. Karena mestinya kemahalan parkir itu untuk disinsentif orang untuk menggunakan kendaraan pribadi sehingga mereka beralih," jelasnya.
"Pada saat mereka yang merasa punya uang dan gak mau meninggalkan mobilnya mereka akan masuk dengan pembayaran yang mahal, mereka ikhlas tapi uangnya harus masuk kepada untuk mengurangi subsidi kendaraan umum. Sehingga ada efek tingginya parkir dengan uang yang diterima untuk pengelolaan angkutan umum, tapi sekali lagi itu di Jogja belum. Pembatasan penggunaan itu mestinya yang diatur," tambahnya.
Selain kecepatan, kemudahan mendapatkan angkutan umum di sejumlah titik masih menjadi kendala. Cakupan wilayah dinilai masih belum maksimal mengakomodir kebutuhan masyarakat.
Integrasi dengan sistem angkutan online pun sebenarnya bisa menjadi solusi. Namun memang masih diperlukan sistem desain yang baik hingga diimplementasikan secara luas.
Baca Juga:Polisi Tangkap Dua Pelaku Pembuangan Bayi di Sleman, Ibu Bayi Merupakan Mahasiswi Jogja
"Itu sangat bisa sekarang serba digital. Sangat mudah untuk membuat sistem mengintregasikan dari dua sistem pembayaran atau di sistem pelayanan itu sangat mungkin sekarang," ucapnya.
Hindari, Pindah dan Kembangkan
Arif tak memungkiri bahwa polusi menjadi salah satu persoalan yang mengkhawatirkan. Apalagi kendaraan pribadi ini menjadi salah satu penyumbang polusi terbesar.
"Salah satu kontributor terbesarnya adalah sebenarnya transportasi dari asap knalpot mesin dan segala macem itu memang harus ditekan. Dan angkutan pribadi termasuk yang paling besar, sementara kendaraan umum apalagi dengan berbagi tentunya akan bisa mengurangi," kata Arif.
Menekan pencemaran udara itu jadi hal wajib yang harus segera dilakukan. Menggencarkan sistem transportasi publik salah satunya.
Baca Juga:Ayom Jogja, Tempat Makan Cantik di Tengah Hijaunya Pesawahan yang Asri
Namun kesadaran masyarakat pun harus mulai dibangun sejak sekarang. Strategi avoid, shift, improve dan finance (ASIF) ini menjadi hal-hal yang bisa dilakukan.