Kekeringan di 2023 Lebih Parah Dibanding Dua Tahun Lalu, Sumur Dataran Rendah di Bantul Mengering

Droping air bersih sudah disalurkan sebanyak 4,5 juta liter air bersih.

Muhammad Ilham Baktora
Sabtu, 21 Oktober 2023 | 13:45 WIB
Kekeringan di 2023 Lebih Parah Dibanding Dua Tahun Lalu, Sumur Dataran Rendah di Bantul Mengering
Seorang petugas mengisi sejumlah wadah untuk air bersih pada musim kemarau di wilayah Bantul. [Kontributor Suarajogja.id/ Julianto]

SuaraJogja.id - Dampak kekeringan tahun ini memang merugikan beberapa kelompok masyarakat. Seperti permintaan droping air bersih di wilayah Kabupaten Bantul tahun ini, lebih banyak ketimbang dengan dua tahun sebelumnya

Kepala Pusdalops Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul, Aka Lukluk Firmansyah mengatakan jika dibandingkan dua tahun lalu, kekerimgam saat ini memang lebih parah. Bahkan kini ada Kapanewon baru yang mengajukan permohonan bantuan air bersih padahal sebelumnya belum pernah.

"Itu ada di Banguntapan. Kekeringan sebelumnya sama sekali belum pernah meminta droping air bersih," terang dia, dikutip Sabtu (21/10/2023).

Kalurahan Banguntapan adalah wilayah yang meminta untuk diterjunkan droping air bersih. Tahun-tahun sebelumnya memang wilayah tersebut aman karena berada di dataran rendah dan merupakan wilayah aglomerasi.

Baca Juga:Sejumlah Daerah Kekeringan Akibat Kemarau Panjang, 906 Ribu Liter Air Disalurkan

Sumber air bersih di kalurahan ini sebelumnya masih tersedia cukup. Namun tahun ini, meski berada di dataran rendah namun ada sumur yang mulai mengering. Akibatnya warga ada yang kesulitan mendapatkan air bersih.

"Iya itu sumurnya mengering. Baru sekarang terjadi. Tapi mereka baru sekali minta bantuan air bersih," kata dia.

Aka Lukluk Firmansyah menyebut secara keseluruhan, berdasarkan catatan BPBD Bantul, droping air bersih di Kabupaten Bantul sejak awal kemarau, yakni 1 Juli hingga 18 Oktober 2023, telah disalurkan sebanyak 4,5 juta liter air bersih. Jutaan liter air bersih tersebut disalurkan ke 10 kapanewon di Bantul.

Setidaknya ada 18 kalurahan dan 39 padukuhan. Sementara data keluarga yang terdampak kekeringan di 10 kapanewon tersebut sebanyak 8.834 kepala keluarga dan terdiri dari 34.635 jiwa. Sedangkan rincian distribusi tangki air yaitu sebanyak 247 tangki.

"Sebanyak 86 tangki bersumber dari APBD dan 161 tangki dari donatur yang melalui BPBD. Kemudian 406 tangki air dari PMI [Palang Merah Indonesia] Bantul, 184 tangki air dari Dinsos Tagana Bantul, dan 94 tangki dari donasi," ujarnya.

Baca Juga:Kebakaran di DIY Meningkat hingga 577 Kasus Dalam Sepuluh Bulan, Penyebabnya Kebiasaan Buruk Sehari-hari

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Bantul, Antoni Hutagaol menyebut ada dua Kapanewon baru yang mengajukan droping air bersih. Keduanya adalah Kapanewon Banguntapan dan Sedayu. Kedua Kapanewon ini memang baru pertama mengajukan permohonan bantuan air bersih.

"Ya merasakan dampak kekeringan. Tetapi tidak separah tahun ini," kata dia

Sedangkan droping air bersih di Kapanewon Banguntapan berada di wilayah Kalurahan Banguntapan. wilayah Sedayu yang mengajukan permohonan droping air bersih ada di Kalurahan Argomulyo.

Mereka sebelumnya aman, tetapi pada musim kemarau tahun ini, dampak kekeringan warga rasakan luar biasa ekstrim. Sehingga mereka terpaksa mengajukan permohonan bantuan air bersih karena sumber mata air sudah mengering.

"Dampak kekeringan kali ini memang terasa luar biasa,"kata dia.

Dia menambahkan Kapanewon lain yang telah mendapat pasokan air bersih diantaranya adalah Piyungan, Kasihan, Pajangan, Pundong, Pleret, Pandak, Imogiri dan Dlingo. Dlingo menjadi Kapanewon paling parah merasakan dampak kekeringan tahun ini.

Kontributor : Julianto

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini