Bukan Keluarga Bangsawan, Calon Mantu Kadipaten Pakualaman Jalani Prosesi Nyengker Jelang Dhaup Ageng

Proses Nyengker juga dilakukan untuk caten putera, BPH Kusumo.

Muhammad Ilham Baktora
Senin, 08 Januari 2024 | 21:44 WIB
Bukan Keluarga Bangsawan, Calon Mantu Kadipaten Pakualaman Jalani Prosesi Nyengker Jelang Dhaup Ageng
Putera bungsu Adipati Pura Pakualaman KGPAA Paku Alam X, BPH Kusumo Kuntonugroho mengikuti gladi bersih akad nikah di Puro Pakualaman, Senin (8/1/2024). [Kontributor Suarajogja.id/Putu Ayu Palupi]

SuaraJogja.id - Prosesi Dhaup Agung atau Royal Wedding dari putera bungsu Adipati Pura Pakualaman KGPAA Paku Alam (PA) X, BPH Kusumo Kuntonugroho dan calon menantu, Laily Annisa Kusumastuti dimulai. Laily yang bukan berasal dari kalangan bangsawan pun harus melalui sejumlah upacara untuk bisa menjadi bagian dari keluarga Kadipaten Pakualaman.

Salah satuya prosesi adat Nyengker atau pingitan yang digelar di Puro Pakualaman, Senin (8/1/2024). Prosesi ini menjadi penanda sang menantu memasuki pernikahan dan jadi bagian dari lingkungan kerajaan tersebut.

"Di sini karena yang kagungngan kersa adalah PA X dan kebetulan ada caten [calon penganten] kakung, sehingga yang wajib masuk ke puro adalah caten wanita. Karena caten wanita bukan dari kalangan keraton," ungkap Ketua Bidang II Panitia Dhaup Ageng Pakualaman 2024 Kanjeng Raden Tumenggung [KRT] Radyo Wisroyo di Puro Pakualaman, Senin Siang.

Menurut Radyo, sebelum akad nikah pada Rabu (10/1/2024) mendatang, caten puteri dan orang tua ditempatkan di KD Kepatihan Gandhok Wetan. Keluarga caten akan tinggal selama empat hari kedepan hingga 12 Januari pada acara Pahargyan Hari kedua.

Baca Juga:Putera Bungsu Menikah, Kadipaten Pakualaman Gelar Royal Wedding Sembilan Hari

Prosesi nyengker kali ini berbeda dengan jaman dulu. Pada awal masa Kadipaten Pakualaman, Nyengker digelar selama sebulan. Namun seiring perkembangan zaman, nyengker disederhanakan hanya selama dua hari sebelum acara akad nikah.

Nyengker diartikan tidak hanya secara fisik masuk ke Puro Pakualaman dengan menyembah dan sungkem. Namun juga mempersiapkan kejiwaan caten puteri sebagai istri pangeran Adipati Pura Pakualaman.

"Prosesi nyengker ini dilakukan untuk mempersiapkan jiwa caten puteri sebelum ke prosesi lainnya. Seperti siraman, midodareni, panggih, sungkem hingga ke akad dan resepsi. Semua di-gladi oleh abdi dalem yang bertugas, termasuk orang tua caten putri," jelasnya.

Dalam prosesi ini juga dilaksanakan piwulang di Dhaup Ageng. Piwulang tersebut juga diambil dari naskah-naskah kuno yang ada di Pura Pakualaman dan menjadi pegangan hidup seorang manusia untuk masuk ke langkah kehidupan yang baru.

"Kita sampaikan ke masyarakat itu salah satunya sudah dicetak ada serat piwulang sudah disampaikan kepada masyarakat," jelasnya.

Baca Juga:Permaisuri Sri Sultan HB X dan Istri Paku Alam X Ikut dalam Prosesi Siraman Erina Gudono

Proses Nyengker juga dilakukan untuk caten putera, BPH Kusumo. Pria yang tengah menyelesaikan studinya di Osaka University Jepang ini secara adat sudah dipisahkan dari tempat tinggalnya di KD Gedhong Ijem.

"Pengantin kakung mohon izin kepada kanjeng gusti [KGPAA PA X] dan gusti putri [GKBRAA Paku Alam] untuk mulai masuk ke area taman penganten," ujarnya.

Caten putera juga mengikuti gladi resik akad nikah di Masjid Paku Alam. Dia diarak dari KD Gedhong Ijem diiringi puluhan prajurit menuju lokasi Akad Nikah dengan didampingi, sang kakak BPH Kusumo Bimantoro beserta istri.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini