7 Kasus dan 1 Meninggal Dunia Gegara Leptospirosis Sepanjang 2024, Dinkes Jogja Imbau Warga Jaga Kebersihan

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Leptospira melalui kencing tikus.

Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Minggu, 08 Desember 2024 | 09:08 WIB
7 Kasus dan 1 Meninggal Dunia Gegara Leptospirosis Sepanjang 2024, Dinkes Jogja Imbau Warga Jaga Kebersihan
Ilustrasi tikus. (Pixabay)

SuaraJogja.id - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta mengimbau masyarakat untuk mewaspadi penyakit Leptospirosis. Apalagi penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira melalui kencing tikus itu berpotensi menyebar luas saat musim penghujan.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Emma Rahmi Aryani mengungkapkan dari Januari 2024 hingga sekarang tercatat ada 7 kasus Leptospirosis. Dari jumlah tersebut, satu kasus Leptospirosis meninggal dunia.

Selain itu, dari hasil survei tikus di awal tahun 2024 yang dilakukan Dinkes Kota Yogyakarta pada salah satu kemantren, ditemukan positif bakteri Leptospira pada tikus. Pola hidup bersih dan sehat (PHBS) perlu terus digencarkan guna mencegah penyebaran penyakit Leptospirosis.

"Kami mengingatkan potensi penyakit infeksi emerging seperti leptospirosis yang ditularkan melalui oleh tikus sebagai perantara di musim hujan ini," kata Emma, dikutip Minggu (8/12/2024).

Baca Juga:Update Kasus Mary Jane: Natal di Jogja, Belum Ada Kepastian Pemulangan

Menjaga kebersihan lingkungan sekitar harus senantiasa dilakukan. Sehingga memastikan tidak ada limbah makanan keluarga yang menumpuk dan memancing kemunculan tikus pembawa bakteri Leptospira.

"Genangan air pascahujan bisa berpotensi tercemar [air kencing tikus pembawa bakteri Leptospira] menjadi faktor risiko terjadinya paparan," tandasnya.

Pihaknya juga telah mengingatkan para pemangku wilayah kemantren terkait kewaspadaan bersama penyakit Leptospirosis. Termasuk mengedukasi warganya untuk menjaga kebersihan.

"Harapannya semua lintas sektor terutama pemangku wilayah, bersama puskesmas, petugas kesehatan di wilayah dan kader dapat melakukan edukasi kepada warga Kota Yogyakarta terkait pencegahan Leptospirosis," tuturnya.

Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Lana Unwanah menambahkan sampai saat ini tidak ada peningkatan kasus Leptospirosis di Kota Yogyakarta.

Baca Juga:Tak Belajar dari TPU Mandala Krida, Sampah Liar di Jetis jadi Sorotan, Forpi Jogja Minta DLH Tegas

Dia menjelaskan Leptospirosis bisa ditularkan melalui kencing tikus yang terinfeksi bakteri leptospira. Bakteri masuk melalui kulit yang lecet atau selaput lendir pada saat kontak dengan genangan air sungai, selokan, lumpur yang tercemar kencing tikus.

"Sampai saat ini [kasus leptospirosis] masih aman terkendali. Tapi masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan dan mencegah Leptospirosis," ungkap Lana.

Dia menyebut gejala-gejala tubuh yang terinfeksi Leptospirosis berupa demam, nyeri kepala, nyeri otot, khususnya di daerah betis, paha, mata kuning, merah dan iritasi serta diare. Jika mengalami gejala-gejala itu dan melakukan pekerjaan yang berisiko terpapar urine tikus diharapkan segera memeriksakan ke fasilitas pelayanan kesehatan atau puskesmas terdekat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini