Jangan Sampai Ketipu, BI Ungkap Modus Peredaran Uang Palsu di Jogja, Begini Cara Menghindarinya

Teknik pemalsuan yang menggunakan sayatan dan anyaman manual tetap akan tampak mencurigakan saat diperiksa.

Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Kamis, 24 April 2025 | 18:10 WIB
Jangan Sampai Ketipu, BI Ungkap Modus Peredaran Uang Palsu di Jogja, Begini Cara Menghindarinya
Barang bukti uang palsu yang disita oleh Polda DIY, Kamis (24/4/2025). [Hiskia/Suarajogja.id]

SuaraJogja.id - Bank Indonesia mengimbau masyarakat untuk lebih teliti dalam mengenali keaslian uang rupiah. Salah satu cara paling praktis yang dapat dilakukan adalah dengan metode 3D, yaitu dilihat, diraba, dan diterawang.

"Cara paling mudah adalah dengan 3D. Dilihat, diraba, diterawang," kata Plt Kepala Unit Implementasi Pengelolaan Uang Rupiah BI DIY, Eko Susanto saat ditemui di Polda DIY, Kamis (24/4/2025).

Pertama adalah dengan melihat. Eko bilang warna uang tersebut harus jelas dan terang.

"Kalau misalkan agak seperti misal fotocopy-an gitu, itu akan diragukan keasliannya," imbuhnya.

Baca Juga:DIY Darurat Uang Palsu? 889 Ribu Lembar Ditemukan dalam 3 Bulan Pertama 2025

Kemudian, lanjut Eko, saat diraba, uang asli terasa kasar karena terbuat dari serat khusus, bukan sekadar kertas biasa. Sementara itu, saat diterawang ke cahaya, watermark atau gambar tersembunyi akan terlihat jelas.

Hal-hal itu yang dapat menjadi indikator keaslian uang tersebut.

"Nah, dengan di cahaya itu kan kelihatan tuh watermarknya. Dengan watermarknya itu kelihatan itu adalah tulisan, atau lukisan, ataupun hasil cetak," ucapnya.

Salah satu fitur lain yang sulit dipalsukan adalah benang pengaman. Benang ini dianyam dari sisi atas hingga tengah uang dan tidak bisa disisipkan secara manual.

Menurut Eko, teknik pemalsuan yang menggunakan sayatan dan anyaman manual tetap akan tampak mencurigakan saat diperiksa.

Baca Juga:5 Tersangka Ditangkap, Polisi Ungkap Jaringan Uang Palsu di Jogja dan Jakarta

Namun kembali lagi, masyarakat harus jeli untuk mencermati uang-uang tersebut.

"Benang pengaman itu sendiri kan dianyam dari atas sampai ke tengah. Nah, itu kalau misalkan dianyam, perbatasannya itu bukan hanya disayat, kemudian disulam manual, tapi kan memang itu ketika produksi bahan uangnya, ada benang pengaman," terangnya.

Eko juga menyoroti bahwa mikroteks atau tulisan berukuran sangat kecil pada uang asli seringkali buram atau tidak terbaca pada uang palsu.

Pasalnya hal itu hanya merupakan hasil cetakan biasa. Hal ini bisa menjadi indikator tambahan bagi masyarakat.

"Kalau punya cut besar, itu mikroteksnya juga tidak akan jelas kelihatannya," tukasnya.

Dalam praktiknya, uang palsu yang sudah diklarifikasi ke BI tidak dikembalikan dan langsung dilaporkan ke Polda.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak