Bukan hanya gangguan fisik dan suara-suara misterius yang mereka alami, tapi juga ketegangan emosional yang mengarah ke pertengkaran dan jarak emosional yang halus, tapi menghancurkan.
Dasim dalam film ini digambarkan bisa menyerupai manusia dan memengaruhi pikiran korban melalui bisikan, menciptakan kecurigaan dan konflik dalam rumah tangga.
Karenanya film ini tidak hanya sebagai hiburan horor, tetapi sebagai refleksi sosial dan spiritual.
Ia mengungkapkan bahwa konsep cerita berangkat dari riset dan diskusi dengan tokoh-tokoh agama.
Baca Juga:'Singsot Siulan Kematian', Film Horor Jogja yang Siap Ramaikan Sinema Indonesia
"Gangguan dalam rumah tangga bukan hanya datang dari luar atau manusia lain. Jin seperti Dasim bisa menyusup lewat rasa iri, marah, atau bahkan ego yang tak disadari," ujarnya.
Omar Daniel, pemeran tokoh Arman, menyampaikan pandangannya tentang kompleksitas karakter yang ia mainkan.
Arman ini digambarkan sebagai suami yang sangat sibuk bekerja, sampai lupa bahwa istrinya sedang hamil dan mengalami banyak perubahan emosional.
"Dalam film ini, saya belajar bahwa perhatian kecil yang diabaikan bisa jadi pintu masuk gangguan yang lebih besar. Apalagi kalau sampai melupakan Tuhan dan spiritualitas dalam rumah tangga," tuturnya.
Sementara Zulfa menjelaskan, syuting yang dilakukan di Bandung saat musim hujan menjadi tantangan tersendiri.
Baca Juga:Kritisi Perubahan Iklim dari Kacamata Bocil, Lima film Anak Hadir di JAFF 2024
Beberapa adegan harus tertunda karena kondisi cuaca, dan teknik kamera yang kompleks untuk menciptakan efek psikologis memberi tekanan ekstra pada kru dan pemain.
Namun di balik semua tantangan itu, Dasim justru menjadi film yang kuat secara pesan.
"Film ini menekankan solusi dari gangguan rumah tangga adalah dengan kembali mendekatkan diri kepada Tuhan, menjaga komunikasi yang jujur, dan tidak membiarkan kesibukan atau ego menggerogoti fondasi cinta," katanya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi