Berdasarkan pengumuman yang didapatkan, ia ditempatkan pada UKT golongan 5 dengan besaran Rp6,3 juta. Besaran itu disebut tidak sesuai dengan latar belakang keluarganya sekarang.
"Saya baru masuk, baru mau semester 1. Di pengumuman kemarin, saya dapat UKT golongan 5 di besaran Rp6,3 juta. (Besaran UKT itu) sangat tidak sesuai," kata dia saat dihubungi tim Suarajogja, Kamis (30/5/2024).
Dia mengungkapkan bahwa ayahnya hanya bekerja sebagai tukang jahit. Sedangkan ibunya sendiri merupakan ibu rumah tangga dan tidak bekerja.
"Ayah saya pekerjaannya tukang jahit, kalau ibu itu tidak bekerja. Jadi semua kebutuhan keluarga, pendidikan, semuanya itu ditanggung oleh ayah saya," ungkapnya. Penghasilannya rata-rata Rp1,5 juta per bulan, mengingat kebutuhan keluarga juga banyak, pun sudah pasti kalau menyangkut pendidikan sangat penting sekali. Jadi uang dari penghasilan ayah tidak cukup untuk memenuhi kedua aspek tersebut," sambungnya.
Baca Juga: Ratusan Mahasiswa UGM Terancam Tak Lanjutkan Kuliah Akibat UKT, Kampus Genjot Cari Beasiswa
Apalagi dia merupakan tiga bersaudara di dalam keluarga tersebut. Satu kakaknya sudah menikah sedangkan adiknya baru memasuki bangku kelas 3 SD tahun ini.
Kondisi kian pelik ketika sebagai mahasiswa baru, dia sudah ditetapkan dengan nominal UKT tinggi tadi. Mereka harus memutar otak untuk membayar biaya kuliah itu agar bisa mengamankan posisinya sebagai mahasiswa.
Apalagi saat ini, kata dia, pengajuan banding atau penurunan UKT belum dibuka. Pembukaan untuk pengajuan banding itu baru akan dibuka pada akhir atau awal semester nanti.
Dia sudah berupaya untuk mengajukan pembayaran dengan metode cicilan dengan prosentase 50:50. Kabar baik yang diterima, pengajuan itu disetujui oleh pihak kampus.
Walaupun ke depan pihaknya tetap akan mengajukan banding untuk nilai UKT tersebut. Namun setidaknya metode cicilan itu bisa dimanfaatkan untuk memperpanjang napasnya sedikit lebih panjang.
Baca Juga: UGM Bakal Tinjau Ulang Kerjasama Jasa Pinjol untuk Bayar UKT Mahasiswa
"Sebenarnya kalau dilihat dari kuantitas awal, tentu tidak cukup. Tetapi jika dibandingkan lagi, setidaknya cicilan itu bisa meringankan sedikitnya beban kita, untuk mempertahankan posisi kita di kampus," terangnya.
Berita Terkait
-
Predator Seksual Berkedok Profesor, Guru Besar UGM Ramai Disebut Walid Versi Nyata
-
Gaji Rp18 Juta di Jakarta atau Rp9 Juta di Jogja? Pahami Dulu Biaya Hidup Kota Ini
-
Cabuli Mahasiswi, Legislator PKB Geram Aksi Predator Seks Guru Besar UGM: Jangan Dikasih Ampun!
-
Teman Mabuk hingga Penjual Miras Ikut Diperiksa Polisi, Pemicu Tewasnya Mahasiswa UKI Tersingkap?
-
Membongkar Kekerasan Seksual di Kampus oleh Oknum Guru Besar Farmasi UGM
Terpopuler
- Pemilik Chery J6 Keluhkan Kualitas Mobil Baru dari China
- Profil dan Aset Murdaya Poo, Pemilik Pondok Indah Mall dengan Kekayaan Triliunan
- Jadwal Pemutihan Pajak Kendaraan 2025 Jawa Timur, Ada Diskon hingga Bebas Denda!
- Pemain Keturunan Maluku: Berharap Secepat Mungkin Bela Timnas Indonesia
- Jairo Riedewald Belum Jelas, Pemain Keturunan Indonesia Ini Lebih Mudah Diproses Naturalisasi
Pilihan
-
Bodycharge Mematikan Jadi Senjata Rahasia Timnas U-17 di Tangan Nova Arianto
-
Kami Bisa Kalah Lebih Banyak: Bellingham Ungkap Dominasi Arsenal atas Real Madrid
-
Zulkifli Hasan Temui Jokowi di Solo, Akui Ada Pembicaraan Soal Ekonomi Nasional
-
Trump Singgung Toyota Terlalu Nyaman Jualan Mobil di Amerika
-
APBN Kian Tekor, Prabowo Tarik Utang Baru Rp 250 Triliun
Terkini
-
Jogja Hadapi Lonjakan Sampah Pasca Lebaran, Ini Strategi Pemkot Atasi Tumpukan
-
Revitalisasi Stasiun Lempuyangan Diprotes, KAI Ungkap Alasan di Balik Penggusuran Warga
-
Soal Rencana Sekolah Rakyat, Wali Kota Yogyakarta Pertimbangkan Kolaborasi Bersama Tamansiswa
-
Solusi Anti Pesing Malioboro, Wali Kota Jogja Cari Cara Antisipasi Terbaik
-
Praktisi UGM Rilis 2 E-Book Kehumasan: Solusi Jitu Hadapi Krisis Komunikasi di Era Digital