Belajar dari Erupsi Merapi 2010, BPBD Sleman Fokus ke Penerimaan Pengungsi

Saat ini telah disiapkan sebanyak 12 barak pengungsian untuk menampung warga lereng Merapi.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Rabu, 18 November 2020 | 15:50 WIB
Belajar dari Erupsi Merapi 2010, BPBD Sleman Fokus ke Penerimaan Pengungsi
Kepala Seksi Mitigasi Bencana BPBD Sleman Joko Lelono - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

SuaraJogja.id - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman terus melakukan penguatan koordinasi dengan beberapa pihak terkait antisipasi kenaikan status Gunung Merapi menjadi Awas atau Level III. Salah satu yang menjadi perhatian adalah penerimaan pengungsi jika situasi berubah sewaktu-waktu.

Kepala Seksi Mitigasi Bencana BPBD Sleman Joko Lelono mengatakan, dalam mitigasi bencana antisipasi kenaikan status Gunung Merapi kali ini, pihaknya akan berfokus pada penerimaan pengungsi di barak-barak hingga desa penyangga yang telah ditentukan. Hal ini sebagai bentuk respons terhadap penanganan pengungsian peristiwa erupsi 2010 silam.

"Saat ini pengungsian mandiri sudah bisa berjalan. Tidak seperti yang terjadi pada tahun 2010, di mana saat itu kita masih sibuk menyiapkan barak pengungsian untuk evakuasi, tapi sekarang sudah akan berjalan dengan sendirinya," ujar Joko kepada awak media, Rabu (18/11/2020).

Joko mengungkapkan bahwa evakuasi mulai dari nanti pemberangkat para pengungsi menuju barak pengungsian sudah ada standar operasional yang ditentukan. Masyarakat nanti akan dipandu oleh jejaring relawan yang tersebar di kawasan lereng Gunung Merapi.

Baca Juga:Berkali-kali Gempa Guguran, Gunung Merapi Keluarkan Gemuruh Keras

Untuk saat ini, Joko menyebutkan, pihaknya hanya tinggal menunggu arahan dari Kepala BPBD untuk melakukan eksekusi penanganan tersebut. Sementara itu, waktu yang ada terus digunakan untuk memperkuat koordinasi yang ada.

"Jadi evakuasi atau pengosongan wilayah itu memang tinggal menunggu perintah saja. Sekarang masih terus memperkuat koordinasi dulu," ucapnya.

Disampaikan Joko, hampir semua kelompok relawan yang ada menyatakan kesiapannya untuk mendukung BPBD, mulai dari pihak desa tangguh bencana, relawan, hingga jejaring yang dimiliki BPBD sendiri.

Semua unsur tersebut, kata Joko, akan membantu masyarakat lereng Gunung Merapi jika sewaktu-waktu terpaksa harus mengungsi, mengingat saat ini aktivitas Gunung Merapi masih terus berlangsung dan makin meningkat.

Selain melakukan koordinasi dengan para jaringan relawan, BPBD Sleman juga terus memantau perkembangan aktivitas Merapi yang disampaikan oleh BPPTKG. Harapannya, antisipasi bisa dilakukan lebih dulu jika memang status Merapi kembali dinaikkan.

Baca Juga:Status Gunung Merapi Siaga, Kawanan Monyet Turun ke Pekarangan Rumah

"Koordinasi dengan BPPTKG juga terus dilakukan sebagai rekomendasi jika nanti statusnya naik lagi. Kemungkinan seperti perkembangan jarak luncuran atau bahaya jadi fokus kami juga untuk menentukan pergerakan cepat evakuasi," tuturnya.

Joko menambahkan, saat ini telah disiapkan sebanyak 12 barak pengungsian untuk menampung warga lereng Merapi yang sudah dinyatakan masuk kategori bahaya sesuai rekomendasi BPPTKG, di antaranya Dusun Kalitengah Lor, Dusun Kaliadem, dan Dusun Palemsari.

Sementara itu, Panewu Cangkringan Suparmono mengatakan, di Cangkringan sendiri sudah ada 7 barak pengungsian yang sudah siap untuk digunakan. Ia juga akan terus berkoordinasi dengan pihak terkait penyediaan logistik di barak-barak tersebut.

"Kita ada 7 barak di Cangkringan, yang baru dipakai barak ini [Glagaharjo] tapi yang lain dalam kondisi siap pakai. Kalau selimut, tempat tidur sudah ada, nah logistik yang belum ada. Akan lebih bagus kalau disiapkan juga," kata Suparmono.

Disebutkan Suparmono, selain di Glagaharjo, enam barak lainnya berada di Argomulyo dua barak, Wukir Sari juga dengan dua barak, Umbulharjo satu barak, dan satu barak lagi di Kepuh. Dari tujuh barak itu, lima barak dikelola oleh BPBD dan dua barak yakni Glagaharjo dan Kepuh dikelola oleh desa.

Suparmono menegaskan barak akan selalu dibuat berdekatan dengan sekolah. Hal itu guna menyiapkan serta mengantisipasi banyaknya pengungsi yang sewaktu-waktu bisa berdatangan.

"Semoga tidak terlalu banyak yang dipakai," harapnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak