Kejar Target 3 Zero di 2030, Delapan Kelurahan di Kota Jogja Dijadikan Contoh Program Pengendalian Terpadu HIV-AIDS

Dinas Kesehatan Kota Jogja juga telah menyediakan pemeriksaan HIV dan AIDS di beberapa fasilitas kesehatan.

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Sabtu, 28 Januari 2023 | 21:52 WIB
Kejar Target 3 Zero di 2030, Delapan Kelurahan di Kota Jogja Dijadikan Contoh Program Pengendalian Terpadu HIV-AIDS
Ilustrasi AIDS (pixabay.com)

SuaraJogja.id - Sebanyak delapan kelurahan di Kota Yogyakarta ditunjuk untuk dijadikan contoh program pengendlian terpadu HIV-AIDS. Program ini sekaligus sebagai salah satu upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Jogja untuk mengejar target 3 zero di tahun 2030.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Emma Rahmi Aryani mengatakan delapan kelurahan yang menjadi percontohan itu adalah Kelurahan Sosromenduran, Pringgokusuman, Giwangan, Warungboto, Kricak, Bener, Suryodiningratan, dan Gedongkiwo. Nantinya program ini akan berlangsung selama tiga tahun ke depan.


"Pelaksanaan program ini sudah berlangsung sejak bulan JuIi 2022 hingga di bulan Juni 2025," kata Emma, Sabtu (28/1/2023).


Untuk sasaran sendiri, disampaikan Emma, nantinya akan menggandeng 16 Kelompok yang fokus dalam persoalan ini. Di antaranya Warga Peduli AIDS (WPA) di desa atau kelurahan, lima Kelompok Dukungan Sebaya (KDS), siswa SMA, mahasiswa, ibu rumah tangga serta pekerja seks di wilayah intervensi.

Baca Juga:Kasus Campak Masih Ditemukan, Dinkes Kota Jogja Dorong Orang Tua Penuhi Imunisasi Anak


Tidak hanya program kelurahan percontohan pengendlian terpadu HIV-AIDS saja yang akan dilaksanakan. Dinas Kesehatan Kota Jogja juga telah menyediakan pemeriksaan HIV dan AIDS di beberapa fasilitas kesehatan.


Layanan itu tersebar di Puskesmas Gedongtengen, Puskesmas Tegalrejo, Puskesmas Mantrijeron, Puskesmas Umbulharjo 1, Puskesmas Pakualaman, Puskesmas Mergangsan, RS Bethesda, RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, RS Panti Rapih, RSUD Kota Yogyakarta, RS Pratama, dan RS DKT Dr.Soetarto.


Emma berharap dengan ketersediaan tempat pemeriksaan HIV dan AIDS itu dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. Agar ke depan pencegahan penyakit dapat tertangani dengan baik.


"HIV dan AIDS masih menjadi tantangan tersendiri di Indonesia, terutama untuk mencapai 3 Zero di tahun 2030 yaitu eliminasi infeksi baru HIV, eliminasi kematian karena AIDS, serta eliminasi diskriminasi terhadap ODHIV," paparnya.


Secara kasus sendiri, Emma mengungkapkan di Kota Yogyakarta dari tahun 2004 hingga bulan September 2022, jumlah total kasus HIV mencapai 1.492 kasus sementara untuk kasus AIDS adalah 309. 

Baca Juga:Polisi Dalami Dugaan Percobaan Penculikan di Kota Jogja, Patroli Ditingkatkan


"Kalau untuk jumlah kasus baru untuk HIV tahun 2022 adalah 71 kasus dan AIDS lima kasus," ucapnya.


Sementara itu, Pejabat (Pj) Wali Kota Yogyakarta Sumadi menambahkan pencegahan ini merupakan tugas bersama. Bukan hanya dari pemerintah saja tetapi semua tokoh masyarakat dan pihak-pihak terkait lainnya.


Menurutnya kasus yang dilaporkan ini tidak menggambarkan jumlah kasus yang sebenarnya di masyarakat. Mengingat epidemi HIV dan AIDS erat kaitannya juga dengan fenomena gunung es.


"Seperti fenomena gunung es, ya artinya banyak kasus yang belum terungkap karena masih tingginya stigma di masyarakat terhadap orang yang terinfeksi HIV," ujar Sumadi. 


Atas hal tersebut, Sumadi memastikan pemerintah akan terus mengupayakan melakukan intervensi untuk penanganan kasus ini. Seperti kepada pasangan ODHIV, pasien TBC, pasien Infeksi Menular Seksual (IMS), ibu hamil, pasien hepatitis dan pelanggan seks. 


"Harapannya, pencegahan HIV dan AIDS di Kota Yogyakarta dapat tertangani dengan tepat, cepat dan nyaman," imbuhnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini