Cerita Mahasiswa Jogja Rutin Nongkrong ke Kafe, Ngga Cuma Ngobrol Tapi Juga Demi Jaga Mental Health

Nongkrong sudah jadi aktivitas tak terpisahkan dari anak muda saat ini termasuk juga bagi para mahasiswa Jogja

Galih Priatmojo
Senin, 16 Oktober 2023 | 14:54 WIB
Cerita Mahasiswa Jogja Rutin Nongkrong ke Kafe, Ngga Cuma Ngobrol Tapi Juga Demi Jaga Mental Health
Ilustrasi nongkrong (instagram.com/kopisenjacikapundung)

SuaraJogja.id - Nongkrong sepertinya sudah jadi kebiasaan yang tak bisa dilepas dari anak muda saat ini, terutama di kalangan mahasiswa Jogja

Ritual nongkrong itu setidaknya seperti yang nyaris rutin dilakukan Sulthon Fadika (19). 

Sulthon mengatakan bahwa hampir setiap hari dia nongkrong bersama teman-temannya.

Lokasi nongkrongnya pun tidak menentu. Kadang di cafe, namun tak jarang juga di angkringan. 

Baca Juga:6 Fakta Bentrokan Massa di Muntilan Magelang, Motor Dibakar hingga Kemacetan Meluas ke Jogja

Ia mengaku menghabiskan sekitar Rp10 ribu-Rp25 ribu untuk sekali nongkrong.

"Sekali nongkrong kurang lebih bisa habis minimal Rp10 ribu lah. Mungkin paling besarnya Rp25 ribu kalau sambil makan juga," jelas mahasiswa jurusan Filsafat tersebut saat ditemui beberapa waktu lalu.

Menurutnya, waktu yang tepat untuk nongkrong adalah dari jam 19.00-24.00 WIB. 

Waktu-waktu tersebut relatif tepat karena tidak mengganggu aktivitas kuliah yang umumnya dilaksanakan dari pagi-sore hari.

Sulthon menyebut aktivitas nongkrong baginya bermanfaat untuk saling berbagi cerita satu sama lain. Terlebih, relevan juga dalam menanggapi kasus mental health yang akhir-akhir ini sedang naik daun.

Baca Juga:Kasus Bunuh Diri di Jogja Terus Meningkat, Psikolog Desak Realisasi Layanan Kesehatan Mental

"Intinya jangan malu untuk bercerita, jangan pernah menyimpan cerita sendiri. Cerita apapun, dari sisi ekonomi, lingkungan sekitar. Harus punya temen deket yang bisa mendengarkan cerita-cerita itu sih," ucap Sulthon.

Hal senada juga diungkapkan Daniel (19). Mahasiswa Jogja semester satu ini juga mengaku bahwa nongkrong memiliki manfaat-manfaat implisit yang seringkali tidak kita ketahui, tapi kita rasakan.

"Ya sebenernya nongkrong itu kan untuk kita sharing-sharing. Berbagi cerita satu sama lain. Jadi momen itu tentu bermanfaat untuk saling terbuka dan membantu juga teman-teman kita yang mungkin perlu dibantu," kata Daniel menambahkan.

Berbeda dari Sulthon, Daniel relatif lebih sedikit menghabiskan waktunya untuk nongkrong. Jika diukur per satu bulan, dapat dikatakan biasanya Daniel hanya menghabiskan 10-12 kali nongkrong. Artinya seminggu antara 3-4 kali.

"Kalau aku biasanya dalam seminggu antara 3-4 kali nongkrong. Jadi mungkin kalau per bulan mau diambil rata-ratanya, sekitar 10-12 kali nongkrong dalam sebulan," ujar Daniel.

Kontributor: Fristian Setiawan

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak