Setelah TPA Piyungan Ditutup, DLH Sleman Lakukan Berbagai Strategi Pengelolaan Sampah

TPST Tamanmartani saat ini mampu mengolah sampah sekitar 40 - 45 ton per hari.

Fabiola Febrinastri
Kamis, 12 Desember 2024 | 13:28 WIB
Setelah TPA Piyungan Ditutup, DLH Sleman Lakukan Berbagai Strategi Pengelolaan Sampah
DLH Sleman melakukan berbagai strategi pengelolaan sampah. (Dok: PWI)

SuaraJogja.id - Setelah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ditutup, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sleman terus berupaya mengatasi permasalahan pengelolaan, termasuk desentralisasi pengelolaan sampah ke masing-masing kabupaten/kota.

Adapun strategi telah dilakukan adalah dengan membangun Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST), optimalisasi Transfer Depo maupun Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R), serta mendorong pemerintah kalurahan untuk dapat mengolah sampah ditiap wilayahnya melalui Badan Usaha Milik Kalurahan (Bumkal).

Pada sebuah kesempatan, Kepala DLH Sleman, Epiphana Kristiyani menyampaikan, volume sampah di Sleman mencapai 601 ton per hari. Kabupaten Sleman 43 persen merupakan daerah urban, dan sisanya masih berupa pedesaan.

Penanganan sampah di pedesaan sudah secara mandiri ditangani masyarakat dengan membuat jugangan (lubang sampah), untuk pakan ternak maupun pupuk tanaman yang dimiliki serta sebagian dibakar.

Baca Juga:TPA TPST Piyungan Jogja: Sejarah, Konflik, dan Rekomendasi Solusi Pengelolaan Sampah dari Pakar Lingkungan

"Sampah yang menjadi prioritas untuk ditangani adalah sampah di daerah urban yang jumlahnya sebanyak 330 ton per hari," kata Epiphana, di kantornya, Selasa (10/12/2024).

Untuk mengatasinya, pada tahun 2023, Kabupaten Sleman telah membangun dua TPST yaitu di Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon (kecamatan) Kalasan dan Kalurahan Sendangsari, Minggir. Kedua TPST tersebut masing-masing menelan anggaran berkisar lebih dari Rp 20 Miliar.

"Untuk TPST Tamanmartani sudah beroperasi pada akhir tahun 2023, sedangkan TPST Sendangsari dimanfaatkan pada awal tahun 2024," ungkapnya.

TPST Tamanmartani saat ini mampu mengolah sampah sekitar 40 - 45 ton per hari, sedangkan TPST di Sendangsari sebanyak 20 - 25 ton per hari.

Sampai sekarang dengan sarana yang dimiliki termasuk transfer depo, TPS3R, bank sampah serta support dari tiga kalurahan, Sleman bisa mengolah 104,4 ton sampah per hari.

Baca Juga:TPA Piyungan Ditutup karena Lebihi Kapasitas, Pemerintah Daerah Diminta Kelola Sampah Secara Mandiri

Epiphana mengatakan, TPST Tamanmartani dan Sendangsari melakukan pengolahan sampah menjadi Refuse Derived Fuel (RDF). RDF merupakan bahan bakar alternatif yang dihasilkan dari pengolahan sampah dan dikirim ke pabrik semen di Cilacap serta pabrik plastik di Pasuruan dan Sidoarjo, Jawa Timur.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak