SuaraJogja.id - Jumlah sapi yang mati diduga terpapar Penyakit Mulut dan Kaki (PMK) di wilayah Gunungkidul terus bertambah. Tak hanya di wilayah Kapanewon Paliyan, kematian sapi diduga akibat PMK ini juga melanda kawasan kapanewon Purwosari.
Sabtu (28/12/2024) kemarin, dua ekor sapi milik warga Padukuhan Polaman, Kalurahan Pampang, Kapanewon Paliyan kembali dilaporkan mati. Sehingga secara keseluruhan ada 9 ekor sapi di padukuhan Polaman yang mati diduga terjangkit PMK.
Dukuh Polaman, Heru Lawan membenarkan kabar adanya dua ekor sapi di wilayahnya yang mati. Kejadian pertama terjadi pada Jumat malam, (27/12), sekitar pukul 22.30 WIB, di mana seekor sapi jantan milik Marjono, berumur 5 bulan, ditemukan mati.
"Sebelum mati, sapi tersebut menunjukkan gejala yang mencurigakan, seperti air liur berlebih dan pincang pada kaki,"tutur dia.
Baca Juga:Jangan jadi Korban, Kenali Tanda-tanda Rip Current di Pantai Gunungkidul
Sebenarnya, sapi itu sudah mendapat suntikan dan sempat bisa berjalan normal kembali. Namun demikian sapi itu tidak mau makan dan baru bersedia makan di hari ke 5 namun pada hari keenam, sapi tersebut akhirnya mati.
Kejadian serupa menimpa sapi milik Suparman, yang mati pada Sabtu, (28/12), sekitar pukul 17.00 WIB. Di mana sapi berumur 4 tahun ini diketahui mengalami perubahan pada nafasnya, yang akhirnya menyebabkan pemiliknya terpaksa menyembelihnya.
"sapi tersebut diduga terpapar gejala yang sama, dan akhirnya kondisinya memburuk," ujarnya.
Peristiwa serupa juga terjadi di Padukuhan Wonolagi, Kalurahan Giriasih, Kapanewon Purwosari. Dalam sepekan terakhir, setidaknya 15 ekor sapi sakit dengan gejala mirip PMK. Di samping itu ada tiga ekor sapi dilaporkan mati dengan gejala sama dengan PMK.
"Tiga sapi yang mati tersebut merupakan jenis Simmental dan Limousin. Nah kebetulan dalam kondisi bunting," ungkap Dukuh Wonolagi, Waluyo.
Baca Juga:92 KK di Gunungkidul Dapat Tangki Septik Gratis, Sanitasi Aman Jadi Prioritas
Waluyo menambahkan sebelum mati sapi milik Widodo tiba-tiba tidak mau makan, mulutnya berbusa, dan kakinya sakit. Setelah itu, gejala serupa mulai menyerang sapi lain. Dalam waktu singkat, sapi milik Warto dan Beni Ardiyanto juga mengalami nasib yang sama.
Dari pantauan yang dia lakukan, setidaknya ada 15 ekor sapi lainnya menunjukkan gejala serupa, seperti demam, luka di mulut, tidak nafsu makan, dan lemas. Kejadian itu sudah dilaporkan ke pemerintah setempat.
Menanggapi kejadian ini, pemerintah Kapanewon Purwosari segera melakukan langkah pencegahan untuk meminimalisasi penyebaran penyakit. Petugas memberikan disinfektan untuk penyemprotan di sekitar kandang guna mengurangi risiko penularan melalui lalat atau nyamuk.
"sapi yang sakit diberi obat semprot khusus yang diaplikasikan di mulutnya untuk membantu pemulihan. Langkah-langkah kebersihan kandang juga digalakkan," tambahnya.
Kontributor : Julianto