UMKM di Indonesia Melimpah tapi Lemah, Mendag: Kebanyakan Ingin Jadi Pegawai

Jika melihat dari angka rasio tersebut, memang 97 persen pengusaha UMKM dari 65 juta orang masih berjuang.

Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Jum'at, 23 Mei 2025 | 16:04 WIB
UMKM di Indonesia Melimpah tapi Lemah, Mendag: Kebanyakan Ingin Jadi Pegawai
Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso saat acara di Auditorium Fisipol UGM, Jumat (23/5/2025). [Hiskia/Suarajogja]

Jika tidak kondisi Indonesia akan makin tertinggal dalam hal rasio kewirausahaan dari negara-negara lain.

Saat ini saja, Indonesia telah tertinggal dengan sejumlah negara tetangga.

"Kita kalah dengan Malaysia yang itu sudah di atas 4 persen. Kemudian Thailand di atas 4 persen, Singapura sudah 8 persen lebih," ucapnya.

Padahal Indonesia menargetkan menjadi negara maju pada 2045. Namun rasio wirausaha yang ada saat ini masih jauh dari syarat minimal.

Baca Juga:BRI Fokus ke Segmen Mikro, Kredit Rp632 Triliun Jadi Bukti Nyata

"Syarat negara maju itu 8 sampai 12 persen rasio kewirausahaannya. Teman-teman semua [generasi muda] lah yang bisa menyelesaikan masalah ini," ujarnya.

Jika melihat dari angka rasio tersebut, memang 97 persen pengusaha UMKM dari 65 juta orang masih berjuang. Bahkan ada yang hanya bertahan untuk tetap memutar roda ekonomi pribadinya.

Beberapa tantangan yang dialami pengusaha kecil ini memang cukup beragam. Namun dari beberapa sumber yang didapatkan beberapa hal di bawah ini menjadi faktornya.

1. Akses Permodalan Masih Terbatas

Banyak UMKM kesulitan mendapatkan pinjaman dari perbankan karena kurangnya agunan atau rekam jejak keuangan yang baik.

Baca Juga:BRI Perkuat Sisi Pendanaan, Terapkan Strategi Risiko untuk Pertumbuhan Bisnis Berkelanjutan

2. Minim Literasi Digital dan Manajemen

Banyak pelaku UMKM belum menguasai digital marketing, manajemen keuangan, dan strategi bisnis modern.

3. Ketergantungan pada Pasar Lokal

Produk UMKM umumnya hanya dijual di pasar lokal atau wilayah terbatas, belum mampu menembus pasar nasional bahkan internasional.

4. Persaingan Ketat dan Produk Tidak Terstandarisasi

Banyak produk UMKM belum memiliki standar kualitas yang konsisten dan sulit bersaing dengan produk pabrikan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak