Parkir Ilegal hingga Lesehan Mahal, Wisata Jogja Ramai Dikeluhkan Publik

Terbaru, seorang wisatawan yang hendak mengunjungi Petilasan Mbah Maridjan di lereng Gunung Merapi akhirnya membatalkan niatnya karena diharuskan menyewa jip.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Selasa, 01 Juni 2021 | 10:25 WIB
Parkir Ilegal hingga Lesehan Mahal, Wisata Jogja Ramai Dikeluhkan Publik
Wisata Jogja ramai dikeluhkan publik - (Twitter/@upil_jaran67)

SuaraJogja.id - Belakangan ini berbagai keluhan dari wisatawan terhadap objek wisata di Jogja bergantian meramaikan media sosial.

Topik yang dikeluhkan pun tak jauh berbeda dari tempat wisata yang satu dan lainnya, yaitu harga yang mahal.

Melalui utas di Twitter padaSenin (31/5/2021), akun @upil_jaran67 pun merangkum empat keluhan wisatawan Jogja yang baru-baru ini viral.

"Apapun alasan yang dipakai jujur saya juga pernah mengalami, walaupun saya secara pribadi tidak mempermasalahkan tapi ini soal citra pariwisata jogja.
Rasanya sudah terlalu sering kita mendengar keluh kesah wisatawan baik lokal jogja sendiri maupun dari luar jogja," cuitnya, yang hingga Selasa (1/6/2021) telah mendapatkan lebih dari 1.000 likes.

Baca Juga:Harganya Bikin Resah, Ini Sanksi untuk Lesehan "Nuthuk" Malioboro dari Pemkot

Dalam unggahannya, terdapat empat tangkapan layar protes soal harga di tempat wisata Jogja:

1. Tempat duduk di Pantai Parangtritis

Pengguna akun Facebook RumahBelajar Handa menceritakan, di area pantai disediakan tempat duduk yang teduh.

Sejumlah wisatawan kemudian duduk di situ, tetapi rupanya mereka tak tahu bahwa duduk di tempat tersebut tidak gratis.

"Lalu si ibu itu datang nagih per orang 20rb. Dan itu sekeluarga lbh dr 5 org. Diminta paksa," ungkap RumahBelajar Handa.

Baca Juga:Terpukul karena Viral, Pedagang Lesehan Malioboro Minta Maaf

Ia juga menambahkan, di sana tak ada pemberitahuan lewat tulisan bahwa duduk harus membayar Rp20 ribu.

2. Lesehan Malioboro

Berawal dari sebuah video TikTok, lesehan Malioboro mendadak ramai diperbincangkan.

Di video tersebut, seorang wisatawan mengeluh karena harga pecel lele di warung lesehan Malioboro terlampau mahal.

Pemkot Yogyakarta pun menindak sejumlah warung di Malioboro yang terindikasi memasnag harga terlalu tinggi. Tiga wrung pun ditutup

Namun pada Senin (31/5/2021), Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi mengatakan, dari tiga warung yang sebelumnya tidak beroperasi, dua di antaranya sudah diperbolehkan kembali berjualan. Sebab, dua warung tersebut tidak termasuk pedagang yang "nuthuk" pembeli dengan harga tidak wajar.

Heroe meminta warung yang berada di trotoar dibongkar, kemudian daftar harga yang sudah ada saat ini diubah. Heroe meminta pedagang lesehan mengubah daftar harga agar menjadi lebih jelas. Pihaknya sendiri tidak mengatur harga yang harus ditetapkan. Namun, daftar tersebut harus bisa dipahami bersama.

3. Parkir area Kebun Binatang Gembira Loka

Seorang wisatawan Kebun Binatang Gembira Loka Jogja mengeluhkan kejadian yang dialaminya terkait parkir mobil.

Setibanya di Gembira Loka Zoo, ia diberi tahu seorang pria di seberang jalan bahwa area parkir di dalam kebun binatang penuh, tetapi tampaknya ia ditipu karena ternyata banyak tempat kosong di area parkir di dalam.

Ia juga mengira parkir mobil di luar kebun binatang tadi hanya sekitar Rp10 ribu karena tidak diberi karcis.

Kenyataannya, karcis diberikan saat pemilik hendak mengambil mobilnya, dan ia tak menyangka, tarif parkir, yang ia kira Rp10 ribu, ternyata Rp25 ribu.

Menanggapi keluhan viral itu, Satgas Antipungli Polresta Yogyakarta menangkap si tukang parkir Sri Rejeki.

"Satgas Anti Pungli ( pungutan liar ) menangkap tukang parkir Sri Rejeki tanpa surat izin di area bonbin/ Gembira loka Zoo. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh anggota Sat Reskrim Polresta Yogyakarta, tukang prkir akan menjalani sidang di Pengadilan Negeri 19 Mei 2021 mendtang. 17/5/2021," ungkap @polrestajogja.

4. Parkir area Malioboro

Seorang warganet dengan nama akun Rena Deska Physio mengunggah keluhannya di Grup Facebook Info Cegatan Jogja. Setelah bertemu dengan keluarganya di kawasan Titik 0 KM, Rena dibuat terkejut dengan tarif parkir sebesar Rp20.000.

Kabid Perparkiran Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta Imanudin Aziz menegaskan bahwa lokasi parkir tersebut ilegal, baik dari karcis parkir yang diberikan maupun lokasi parkirnya.

Menurutnya, di ruas jalan tersebut sendiri berlaku tarif flat sebesar Rp2.000 tanpa ada tambahan biaya per jamnya. Dishub akan berkoordinasi dengan Unit Reskrim Polresta Yogyakarta seperti kasus sebelumnya.

5. Wajib sewa jip di Petilasan Mbah Maridjan

Tak disertakan dalam utas @upil_jaran67, tetapi baru saja pada Minggu (30/5/2021), seorang wisatawan yang hendak mengunjungi Petilasan Mbah Maridjan di lereng Gunung Merapi akhirnya membatalkan niatnya karena diharuskan menyewa jip.

"Mau ke tempat Mbah Marijan, tapi sampai titik ini dipaksa parkir dan dipaksa sewa Jeep karena alasan jalan rusak. Padahal sepanjang jalan ini aspal mulus. Sedangkan motor, truk, dan jeep bisa melintas. Ada monopoli jalan umum?" tulis dia.

Ia akhirnya turun dan saat tiba di pos retribusi di bawah, ternyata memang menurut petugas di sana, mobil harus parkir dan wajib sewa jip.

Pegiat Asosiasi Jip Wisata Lereng Merapi (AJWLM) Wilayah Timur Bambang Sugeng menyadari, salah satu yang membuat wisata rumah Mbah Maridjan makin sepi adalah permintaan memarkirkan kendaraa pribadi di sana.

Sementara itu, Plt Kepala Dinas Pariwisata Sleman Suci Iriani Sinuraya mengungkapkan, permasalahan sesungguhnya yang diunggah wisatawan tersebut sedang ditelusuri oleh Dinas Pariwisata Sleman.

Deretan protes wisatawan Jogja di atas tak ayal mendatangkan beragam komentar. Pengguna akun @upil_jaran67 sendiri beranggapan, hal tersebut membuat tempat wisata Jogja lainnya ikut dicap "nakal".

"Saya melihat jogja yg ramah, jogja yg punya budaya seakan ternoda, krn saya yakin tidak semua tempat wisata di jogja seperti ini. Ini seperti menjatuhkan sektor wisata yg sedang bangkit memulihkan diri dari badai covid," kicaunya.

Dirinya berharap, Pemda DIY maupun pemkab/pemkot setempat membuat terobosan semacam satgassus pariwisata DIY dengan petugas berseragam yang ikonik mirip pecalang di Bali.

Meski tugas dan fungsinya berbeda, ia menilai, terobosan itu akan membuat wisatawan merasa lebih aman dan nyaman, sehingga Jogja juga berpotensi menjadi wisata kelas dunia.

BACA UTASNYA DI SINI.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini

Tampilkan lebih banyak