SuaraJogja.id - Di bawah terik matahari siang yang membuat keringat bercucuran, pelukis nyentrik yang disebut-sebut pernah melukis di atas helikopter datang ke kompleks Balai Kota Yogyakarta. Dengan bertelanjang kaki, pria yang akrab disapa Ki Joko Wasis itu tiba di dekat air mancur bersama dengan beberapa orang yang menjadi rombongannya.
Ia berjalan kaki dari rumahnya di kawasan Jalan Nagan Kulon No 15, Kemantren Kraton, Kota Yogyakarta menuju ke gedung pemerintahan yang terletak di Jalan Kenari, Kemantren Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Sepanjang perjalanan selama dua jam tersebut, Ki Joko Wasis menunjukkan kemahirannya dalam melukis sosok Soeharto.
Bukan tanpa alasan, kedatang Ki Joko Wasis ke Balai Kota sembari menulis salah satu presiden Republik Indonesia yang paling dikenal tersebut. Ia datang sengaja ingin memberikan lukisan yang dibuatnya sambil berjalan kepada pemangku wilayah setempat sekaligus ingin mendoakan bersama Wali Kota dan Wakil Wali Kota serta Soeharto yang pads Selasa (8/6/2021) seharusnya tepat berusia 100 tahun.
"Tujuannya beribadah, beramal kepada Allah semoga saya diampuni, bangsa ini diampuni oleh Allah, sehingga ini menjadi bekal bagi saya dan semua yang ada di sini," ujar Ki Joko Wasis saat ditemui di halaman Balai Kota Yogyakarta, Selasa (8/6/2021).
Baca Juga:100 Tahun Soeharto, Fahri Hamzah Ajak Rakyat Tak Simpan Dendam Masa Lalu
Ki Joko menceritakan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari sedekah sejarah. Selain Wali Kota Yogyakarta, ia juga pernah menjadi langganan pelukis dari Istana Negara. Sosok Heri Yudianto disebut kerap menerima hasil seni rupanya. Ia tidak mengharapkan apapun selain pahala dari aktivitas keseniannya yang kerap menarik perhatian. Baginya, kegiatan ini merupakan bentuk ibadah.
Mengenal dunia seni sejak Sekolah Menengah Atas, Ki Joko Wasis terjun ke dunia seni lukis sejak tahun 1979. Ia mengaku mengenal akrab sosok Soeharto. Sehingga pada perayaan usia seratus tahun presiden kedua Indonesia itu dirinya melukis sosok Soeharto di masa tua. Dalam lukisannya, tampak Soeharto mengenakan jaket hitam tengah tersenyum teduh dengan kerut wajah yang nampak jelas.
Menurut Ki Joko Wasis, lukisan Soeharto berkaos putih dan mata sipit itu adalah gambaran saat-saat terakhir sebelum sahabatnya itu meninggal dunia. Tiba di kompleks Balai Kota, Ki Joko bertemu dengan Sekretaris Pribadi Wali Kota Yogyakarta dan beberapa anggota Satpol PP yang mengarahkan laju gerobak lukisnya.
Meski sudah berjalan jauh, bertelanjang kaki dari rumahnya, menuju ke titik nol, kemudian jalan malioboro, taman pinta hingga Balai Kota, Ki Joko tak bisa bertemu dengan Haryadi Suyuti. Pasalnya, pria yang ia sebut sebagai walinya selaku warga Kota Yogyakarta tengah tidak berada di kantor.
Tak tampak raut kekecewaan di wajah Ki Joko, seperti penuturannya, yang dia lakukan hanyalah ibadah. Sehingga sampai di lokasi, Ki Joko tidak lupa mengajak seluruh rombongan dan pegawai pemerintahan yang hadir ia mendoakan Wali Kota, Wakil Wali Kota dan Soeharto.
Baca Juga:Mbak Tutut Unggah Peringatan 100 Tahun Soeharto, Netizen Kenang Indahnya Masa Orde Baru
"Mendoakan, siapa saja yang pernah jadi presiden. Termasuk pak Harto. Kemudian, ada kepedulian kepada para seniman," kata Ki Joko.
Meski tak bisa bertatap muka secara langsung, Ki Joko berharap agar Haryadi bisa mendoakan siapapun yang pernah menjadi presiden. Di tengah situasi pandemi yang menghantam sektor ekonomi dan kesehatan, Ki Joko juga mengharapkan perhatian dari pemerintah. Ia menceritakan jika dalan situasi saat ini banyak seniman dibuat babak belur.
Kedepannya, Ki Joko ingin pemerintah mempertimbangkan pengadaan acara-acara kesenian yang tidak membebani dalam situasi saat ini. Pria berusia 61 tahun itu juga pernah memberikan lukisannya kepada Rano Karno. Tidak jarang dalam acara kesenian, secara spontan lukisannya diminta atau diminati oleh pengunjung dan tokoh ternama.
"Ibadah itu bisa dua macam, beri memberi. Jual beli juga ibadah. Allah lah yang akan mengurus segalanya itu," imbuhnya.
Dalam momentum seratus tahun usia Soeharto, Ki Joko Wasis menghasilkan tiga lukisan lainnya yang dibuat Mei 2021 lalu. Beberapa lukisan lainnya akan diberikan ke Monumen Soeharto sebagai perantara untuk Keluarga Cendana. Lukisan berjudul Manakib Soeharto itu menunjukkan sosok sang presiden yang memegang buku kerja. Dimana di dalamnya memuat informasi tentang kinerja Soeharto, seperti pemberantasan PKI.
Mewakili Wali Kota Yogyakarta, Sekretaris Pribadi Wali Kota, Dwianto menyampaikan terimakasih kepada seniman, terutama Ki Joko Wasis atas lukisan yang diberikan. Dwianto mendoakan agar Ki Joko lebih sukses kedepannya. Serta menghasilkan karya-karya yang lebih banyak lagi.
Bagi Dwianto, Soeharto sendiri merupakan sosok Bapak Pembangunan yang dulu adalah teladan bagi generasi muda saat ini. Dwianto juga berpesan pada masyarakat untuk bisa meneladani karya-karya Soeharto untuk kepentingan di masa yang akan datang.
"Bapak pembangunan yang menjadi teladan bagi generasi muda kita yang sekarang," tutupnya.
Saat matahari tengah bersinar terik di atas kepala, Ki Joko Wasis yang gagal menemui Haryadi Suyuti melanjutkan perjalanannya ke Monumen Soeharto yang ada di Argomulyo, Sedayu, Bantul. Rasa cintanya akan presiden kedua Republik Indonesia itu mendorongnya untuk berbagai lebih banyak hari ini. Termasuk dengan karya lukis yang dibuat spontan. Sebelum pergi, Ki Joko menorehkan cap jempol berwarna merah dan putih di sisi pojok kanan bawah lukisan.