Berkawan Bahaya, Ini Kisah Warga yang Nekat Tinggal di Jalur Erupsi Merapi

sebagian warga di lereng Merapi masih merasakan trauma erupsi dahsyat 2010 silam

Galih Priatmojo | Muhammad Ilham Baktora
Senin, 03 Agustus 2020 | 15:56 WIB
Berkawan Bahaya, Ini Kisah Warga yang Nekat Tinggal di Jalur Erupsi Merapi
Ilustrasi erupsi merapi. [Ema Rohimah / grafis suarajogja.id]

"Tentu ada pemberitahuan lebih dahulu ketika ada peningkatan aktivitas Gunung Merapi atau berubah status siaga. Nah penambangan akan dihentikan, dan jika ada jalur yang rusak, masih ada waktu untuk memperbaiki. Artinya akses tersebut bisa dilalui oleh masyarakat," kata Makwan.

Aktivitas Gunung Merapi saat ini masih mengalami peningkatan, jika masyarakat harus dievakuasi, barak atau tempat perlindungan sementara juga sudah disiapkan pemerintah.

Pemerintah Kabupaten Sleman telah menyediakan lebih kurang 20 bapak pengungsian. Beberapa diantaranya dikhususkan untuk masyarakat lansia dan kelompok rentan.

"Dari barak yang telah disediakan bisa menampung 300-400 orang. Tersebar di sejumlah desa nantinya akan tetap kami pantau untuk penggunaan. Pasalnya ditengah pandemi seperti ini kami upayakan untuk mengurangi kerumunan," kata Makwan.

Baca Juga:Menginap di Hotel dengan Istri, Pria Asal Sleman Mendadak Tewas

Sejumlah masyarakat nampak bersepeda di jalanan Dusun Ngancar, Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Minggu (26/7/2020). [Muhammad Ilham Baktora / Suarajogja.id]
Sejumlah masyarakat nampak bersepeda di jalanan Dusun Ngancar, Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Minggu (26/7/2020). [Muhammad Ilham Baktora / Suarajogja.id]

Makwan menjelaskan jikapun terjadi erupsi Merapi, pemerintah menawarkan evakuasi berbasis keluarga. Dimana nantinya masyarakat yang memiliki keluarga di lokasi yang lebih aman akan diarahkan ke lokasi tersebut.

“Ada sejumlah opsi agar mereka tetap selamat dengan protokol keamanan covid-19. Beberapa evakuasi nanti ada yang kami tawarkan dengan berbasis keluarga. Jadi kami tawarkan mereka dievakuasi ke tempat yang lebih aman dari lereng merapi ke keluara yang ada di wilayah lebih rendah,” tambah dia.

Meningkatnya aktivitas gunung Merapi dibenarkan BPPTKG, sejak erupsi Merapi yang terjadi dua kali berturut-turut pada 21 Juni 2020 lalu, terdapat penggembungan atau deformasi tubuh Merapi sebesar 0,5 cm setiap harinya.

Deformasi saat ini mengikuti perilaku sebelum erupsi tahun 2006 silam

Kepala BPPTKG, Hanik Humaida menjelaskan bahwa penggembungan itu terjadi satu hari selepas erupsi, pada 22 Juni 2020. Saat itu mulai terlihat penggembungan yang terjadi di wilayah Babadan atau barat laut.

Baca Juga:Kecelakaan di Sleman Tewaskan 1 Orang, Polisi Sebut Korban Tak Kantongi SIM

"Ini merupakan aktivitas Merapi sebagai gunung api yang masih aktif di Indonesia. Meski telah terjadi penggembungan hal itu tak perlu dikhawatirkan. Potensi erupsi jelas ada karena memang gunung ini aktif," ungkap Hanik saat pengecekan ke pos pantau Merapi, Kamis (9/7/2020).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini