BPPTKG Ungkap Erupsi Merapi 10 Tahun Lalu Sedahsyat Letusan Tahun 1872

Dalam peringatan di tengah pandemi, ia mengingatkan masyarakat untuk tetap menjaga kewaspadaan dan kesiagaan terhadap ancaman bahaya erupsi, khususnya Gunung Merapi.

Galih Priatmojo | Mutiara Rizka Maulina
Senin, 26 Oktober 2020 | 14:45 WIB
BPPTKG Ungkap Erupsi Merapi 10 Tahun Lalu Sedahsyat Letusan Tahun 1872
Ilustrasi erupsi merapi. [Ema Rohimah / grafis suarajogja.id]

SuaraJogja.id - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengadakan acara peringatan 10 tahun erupsi besar Gunung Merapi. Berlangsung di tengah pandemi BPPTKG ajak masyarakat untuk tetap meningkatkan kewaspadaan baik untuk bencana gunung api maupun wabah corona.

Dalam sambutannya saat membuka acara, Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono menyampaikan, dalam hal mitigasi Gunung Merapi, BBPTKG melakukan berbagai kegiatan. Di antaranya adalah penelitian, pemantauan aktivitas, peringatan dini serta sosialiasasi dan edukasi.

"Seperti kita ketahui Gunung Merapi merupakan gunung api aktif dengan tingkat populasi pada kawasan rawan bencana yang cukup tinggi," ujar Eko.

Erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada tahun 2010, hingga saat ini masih meninggalkan jejak. Tidak hanya menyisakan material hasil letusan, tapi juga pembelajaran sejarah bagi para pelaku kejadian. Ada banyak pembelajaran yang dapat dipetik dari kejadian erupasi Gunung Merapi sepuluh tahun silam.

Baca Juga:Gaet Dukungan Tukang Becak, Halim Keliling Bantul Naik Becak

Eko menjelaskan bahwa peringatan ini menjadi momentum penyadaran kolektif bagi para pihak penanggulangan bencana sekaligus ujian ketangguhan bencana bagi masyarakat yang tinggal di wilayah Kawasan Rawan Bencana. Terutama saat ini masyarakat di seluruh dunia juga tengah berada dalam situasi pandemi Covid-19.

Sementara Kepala BPPTKG Hanik Humaida menyampaikan, bahwa erupsi sepuluh tahun lalu adalah erupsi besar yang memiliki indeks tertinggi untuk Gunung Merapi. Erupsi dengan indeks yang tinggi, yakni 4 sebelumnya terjadi pada tahun 1872. Berjarak 100 tahun dari waktu erupsi terakhir.

"Sehingga peristiwa erupsi tahun 2010 ini merupakan peristiwa yang sangat penting dalam sejarah pengelolaan bencana gunung api," terang Hanik.

Menurutnya, erupsi sepuluh tahun lalu memberikan pembelajaran yang sangat berarti dalam pengelolaan bencana gunung api. Baik dari sisi data teknis yaitu interpretasi, prediksi dan peringatan dini maupun penyampaian informasi kepada para pemangku kepentingan.

Pada tahun 2010 sendiri, bencana terjadi belum lama setelah terbentuknya undang-undang penanggulangan bencana pada tahun 2007. Sehingga jumlah pengungsi yang mencapai jumlah hampir 500 ribu jiwa menjadi tantangan yang sangat luar biasa. Pemerintah daerah sendiri juga belum membentuk BPBD yang menangani bencana di daerah.

Baca Juga:Ketahuan Bawaslu, ASN Pemkab Bantul Unggah Status Tak Netral di Medsos

Ada banyak kendala atau hambatan dalam koordinasi di daerah pada saat itu. Kegiatan mitigasi sendiri dilakukan oleh berbagai pihak, mulai dari peneliti lintas disiplin ilmu hingga operasional penanggulangan bencana dari berbagai lembaga, pemerhati bidang kebencanaan, relawan dan masyarakat.

Selanjutnya Kepala PVMBG, Kasbani menyampaikan erupsi sepuluh tahun lalu menimbulkan ratusan korban jiwa, kerugian material, dan dampak psikologis yang sampai saat ini masih tersisa. Dalam peringatan di tengah pandemi, ia mengingatkan masyarakat untuk tetap menjaga kewaspadaan dan kesiagaan terhadap ancaman bahaya erupsi, khususnya Gunung Merapi.

"Peringatan dasawarsa Erupsi Gunung Merapi akan diselenggarakan pada tanggal 26 Oktober hingga 4 November 2020. Besar harapan kami bahwa masyarakat, akademisi, pewarta dan pemangku kebijakan dapat bersinergi dan menjaga komitmen dalam upaya mitigasi Gunung Merapi," ujarnya dalam acara pembukaan peringatan 10 tahun erupsi merapi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak