SuaraJogja.id - Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida menemukan jejak material sisa erupsi Gunung Merapi tahun 1988 di sisi barat serta sisa lava erupsi tahun 1948 saat melakukan pantauan secara langsung melalui udara dengan menggunakan helikopter milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
"Dari pemantauan udara tadi terlihat jejak-jejak material guguran di sisi barat, yaitu di Lava (sisa erupsi tahun) 1998 yang mengarah ke hulu Kali Senowo dan Kali Lamat, serta di Lava (sisa erupsi tahun) 1948," terang Hanik saat mendarat di Lanud Adi Sucipto Jumat (27/11/2020).
Hasil prediksi sementara dari pengamatan yang dilakukan, potensi bahaya masih mengarah ke Sungai Gendol. Selain itu, Hanik juga melihat adanya guguran material lama yang ada di kawah-kawah dari sisi luar dan mengarah ke sisi barat. Diperkirakan guguran material dari aktivitas Gunung Merapi tahun ini berpotensi mengarah ke aliran hulu Kali Senowo dan Kali Lamat.
"Itu material lama yang jatuh ke arah barat laut yaitu Sungai Senowo dan Sungai Lamat, tapi masih di hulu. Sementara untuk potensi bahaya, arahnya masih ke Sungai Gendol, tapi melihat guguran juga terjadi di barat laut, maka potensi ke arah itu juga ada. Hanya saja kami masih belum bisa menentukan arah pastinya," ujar Hanik seperti dilansir dari laman BNPB.
Baca Juga:Detik-Detik Guguran di Kawah 48 Gunung Merapi, Tertangkap Kamera Warga
Hanik berharap, dari hasil pengamatan tersebut dapat memberikan gambaran untuk para pengambil kebijakan agar bisa membuat keputusan dengan baik, supaya mampu mengurangi risiko bencana dan memperkuat kapasitas yang lainnya. Seiring dengan naiknya status Gunung Merapi menjadi siaga. Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava, lontaran material vulkanik jika terjadi erupsi eksplosif dan sebaran awan panas sejauh maksimal 5 KM.
Selanjutnya, pemerintah Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyoloali, dan Kabupaten Klaten disarankan untuk mempersiapkan segala sesuatu sebagai bentuk mitigasi bencana akibat letusan Gunung Merapi yang bisa terjadi sewaktu-waktu. Sebagai antisipasi dan meringankan risiko bencana, BPPTKG merekomendasikan bahwa kegiatan penambangan di sungai-sungai berhulu di Gunung Merapi wilayah KRB III untuk dihentikan.
BPPTKG juga mengimbau pelaku wisata untuk tidak mengunjungi kawasan wisata di wilyah KRB III, termasuk juga kegiatan pendakian di Gunung Merapi. Selain itu, ada juga beberapa wilayah yang masuk ke dalam kawasan berpotensi terdampak erupsi Gunung Merapi yang tersebar di empat kabupaten. Pemerintah setempat diimbau untuk bisa melakukan mitigasi bencana sebaik-baiknya.
Beberapa daerah yang berpotensi terdampak di antaranya Dusun Kalitengah Lor di Desa Glagaharjo, Dusun Kaliadem di Desa Kepuharjo dan Dusun Palemsari di Desa Umbulharjo yang berada di wilayah administrasi Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Kemudian Dusun Batur Ngisor, Gemer, Ngandong, Karanganyar di Desa Ngargomulyo, Dusun Trayem, Pugeran, Trono di Desa Krinjing, Babadan 1, Babadan 2 di Desa Paten, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Berikutnya Dusun Stabelan, Takeran, Belang di Desa Tlogolele, Dusun Sumber, Bakalan, Bangunsari, Klakah Nduwur di Desa Klakah dan Dusun Jarak, Sepi di Desa Jrakah, Kecamatan Selo di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Serta Dusun Pajekan, Canguk, Sumur di Desa Tegal Mulyo, Dusun Petung, Kembangan, Deles di Desa Sidorejo dan Dusun Sambungrejo, Ngipiksari, Gondang di Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Baca Juga:Terjadi Guguran 2 Kali, Merapi Keluarkan Asap Solfatara Setinggi 600 Meter